SEMARANG, Lingkarjateng.id – Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah, Frans Kongi, menanggapi banyaknya investor dari Kota Semarang yang berpindah ke daerah lain. Ia mengatakan faktor perpindahan tersebut karena beberapa alasan, mulai dari mahalnya tanah hingga sudah penuhnya investor di Ibu Kota Jawa Tengah.
“Jadi Kota Semarang ini juga investornya sudah penuh. Kalau kita lihat tanah-tanahnya juga mahal dan padat dibandingkan dengan di luar Semarang seperti contoh di Brebes, Kabupaten Tegal, Pati, serta Jepara,” ujarnya pada Minggu, 20 Oktober 2024.
Ia menambahkan bahwa sejak era Orde Baru, Semarang dan Solo Raya menjadi destinasi utama investasi di Jawa Tengah, disusul oleh Pekalongan. Namun, kini Frans menyebut beberapa daerah seperti Kabupaten Demak menjadi salah satu wilayah yang mulai ditinggalkan para investor. Hal itu sebagai imbas seringnya terjadi rob dan banjir yang dapat menambah biaya administrasi di sebuah usaha.
“Menambah biaya administrasi di usaha, karena kalau ada banjir biaya memang tinggi, logistik tinggi. Meskipun infrastruktur bagus di sini, tapi investor juga lihat harga tanah, sampai Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), karena sekarang masalah infrastruktur sudah tidak jadi soal. Jalan tol dari ujung ke ujung sudah ada, hanya di wilayah selatan yang mungkin belum merata,” ungkapnya.
Frans juga menyebut bahwa air bawah tanah turut menjadi pertimbangan para investor. Menurutnya, air bawah tanah di Kota Semarang saat ini sudah.
“Di Semarang sendiri susah air bawah tanah, karena air bawah tanah itu ‘kan bahan pokok juga untuk industri. Penggalian air bawah tanah itu ‘kan tidak boleh, izinnya sudah tidak keluar lagi,” jelasnya.
Menurutnya, salah satu fenomena berpindahnya investor yang mencolok adalah banyaknya pabrik tekstil yang pindah dari Semarang dan Demak menuju Grobogan.
“Di Grobogan, upah tenaga kerja relatif lebih murah, sehingga menjadi pilihan baru bagi beberapa industri,” tambah Frans.
Meski demikian, Frans menegaskan bahwa Semarang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh para investor.
“Masih ada investor yang masuk, namun mereka lebih selektif. Industri besar tampaknya mulai beralih ke luar Semarang,” pungkasnya. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Lingkarjateng.id)