REMBANG, Lingkarjateng.id – Yayasan Lasem Heritage menyelenggarakan pameran “Cerita Nyah Lasem” di Museum Nyah Lasem dan Rumah Pabrik Tegel. Pameran yang diselenggarakan mulai tanggal 8-14 November itu memajang hasil karya seni dari 10 seniman lokal Lasem dan 5 dari seniman Nasional.
Ketua Panitia pameran Cerita Nyah Lasem, Yullia Ayu, mengatakan, pameran itu bertujuan untuk mempertemukan seniman lokal Lasem dengan seniman-seniman dari luar wilayah Rembang, Kamis (11/11).
Seperti salah satunya seniman terkemuka di Indonesia yaitu FX Harsono. “FX Harsono memamerkan karya videonya di sini untuk memberikan pemantik diskusi tentang ketegangan identitas dan dinamika sejarah politik,” kata dia.
Hasil karya seni yang dipamerkan, imbuhnya, berkaitan dengan isu-isu peranakan, identitas atau memori kolektif. Sehingga bisa menunjukkan dialog antar mereka yang dalam kesehariannya menghidupi warisan budaya dan mereka yang melihat dari luar.
“Praktik atau tema karyanya berkaitan dengan isu-isu peranakan, identitas atau memori kolektif,” terangnya.
Yullia mengungkapkan, dalam pameran itu seniman Lasem menunjukan keberagaman cara pandang dalam melihat dan membaca sejarah kota sendiri. Mulai dari kekayaan kultural, pangan, batik, atau arsitektur lokal.
Gagasan Lasem sebagai ruang pertemuan berbagai kebudayaan, lanjut dia, menjadi bagian yang menarik untuk dimunculkan dalam beragam metafor visual dan bentuk lain. Seperti desain, film atau pertunjukkan.
“Misalnya seperti yang ditunjukan oleh seniman Yon Hartono dengan performans yang dialih wahana menjadi gambar gerak,” bebernya.
Sementara itu, salah satu seniman Lasem Sahid yang akrab disapa Pino, menyampaikan hasil karya seni lukisan yang ia pajang di sana menceritakan tentang kehidupan masyarakat Lasem yang multietnik dan menjunjung nilai toleransi melalui akulturasi budaya. Melihat bagaimana hasil dari proses peleburan kebudayaan masyarakat pendatang dan lokal.
“Jadi orang Tionghoa itu punya falsafah, di mana kaki kami berpijak, di situlah negaraku dan di situlah budayaku. Itu sangat bagus sekali dan dapat dimaknai sebagai gambaran akulturasi budaya yang terjadi di Lasem,” pungkasnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)