REMBANG, Lingkarjateng.id – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Rembang menyebut Tari Orek-orek khas Kabupaten Rembang sudah lepas dari ruh keasliannya. Hal itu berdasarkan pantauan Dinbudpar saat pagelaran Tari Orek-orek di lapangan.
Plt. Kabid Kebudayaan Dinbudpar Kabupaten Rembang, Purwono, Rabu (10/11) mengungkapkan, berdasarkan pengamatannya, Tari Orek-orek yang sering ditampilkan dalam pentas seni sudah menjauh dari ruh aslinya. Kreasi dari pelatih tari yang ditengarai menjadi salah satu faktor hilangnya ruh pada tari orek-orek yang dipentaskan.
“Karena keterampilan kreasi pelatih-pelatihnya, akhirnya mereka tidak menyadari Tari Orek-orek itu sudah lepas dari ruh-nya Orek–orek,” kata dia.
Atas kondisi itu pihaknya berupaya untuk mengembalikan ruh Tarian Orek-orek dengan menggelar pelatihan Tari Orek-orek di Pendopo Museum Kartini, beberapa waktu lalu.
Para peserta yang mengikuti pelatihan berasal dari siswa sekolah yang tergabung dalam sanggar tari yang ada di Kabupaten Rembang.
“Kemarin kami kembalikan, kami beri pelatihan khusus sejumlah pelajar yang tergabung dalam sanggar tari sanggar tari,” ucapnya.
Untuk diketahui, Tari Orek-orek sendiri merupakan tarian khas Kabupaten Rembang yang ditarikan secara berpasangan putra dan putri. Tari Orek-orek menceritakan pergaulan antara sepasang suami-istri yang sedang bekerja di sawah.
Gerakan pada Tari Orek-orek didapatkan dari proses eksplorasi, improvisasi dan juga komposisi. Tari Orek-orek ini memiliki keunikan dalam balutan kostumnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)