PATI, Lingkarjateng.id – Penjual Soto Kemiri kini tengah dihadapkan pada tantangan masa pandemi. Salah satunya dialami oleh Rukmini, penjual soto kemiri di jalan Wahid Hasyim. Ia berharap, apa yang sudah dimulainya sejak 28 tahun silam itu tidak kandas oleh pandemi.
Semenjak diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Rukmini mengaku warungnya sangat memprihatinkan, karena minimnya pembeli. Rukmini berharap soto dagangannya tetap eksis di masa pandemi ini, demi melestarikan kuliner di Kabupaten Pati.
“Dulu setiap hari selalu ludes terjual, sekarang masih tersisa lumayan. Untuk lauk pauk bisa diolah lagi sedangkan sotonya ya dibuang, penghasilan saya setiap harinya saja cukup untuk modal dan makan sendiri, sampai tidak bisa menyisakan untuk tabungan,” jelasnya, saat ditemui belum lama ini.
Jajan Tempo Dulu di Embung Bumiayu Kendal Diburu Pengunjung
Olahan soto kemiri ala Rukmini secara sekilas memang tampak sama dengan olahan soto lain di Kabupaten Pati. Namun ada yang membedakan dari penggunaan bahan baku yang digunakan Rukmini.
“Dulu saya berpikiran untuk jualan yang berbeda dari yang lain, di Pati sendiri kan terkenalnya dengan soto kemiri. Lalu saya punya ide dan mencoba hal baru, yaitu soto daging,” ujar Rukmini.
Rukmini setiap hari membuka lapak jualannya di Jalan Wahid Hasyim pada pukul 07.00-09.00 WIB. Dalam satu porsi, ia menjual sotonya dengan harga Rp 5000. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Koran Lingkar)