PATI, Lingkarjateng.id – Gas LPG non subsidi berukuran 12 kg mengalami kenaikan yang sangat fantastis. Bahkan, harga di pasaran tembus Rp 200 ribu per tabung.
“Cukup kaget ya karena harganya naik sampai segitu tingginya, yang semula harganya Rp 156 ribu sekarang harus jual ke pelanggan Rp 195 ribu. Itu belum sama tabungnya lho. Harga 195 ribu itu harga isi ulang, tabung bawa sendiri,”ungkap salah satu agen gas LPG di daerah Parenggan Kecamatan Pati, Andi (45) saat ditemui, Kamis (3/3).
Ia mengungkapkan, bahwa banyak pelanggan yang mengeluh dengan kenaikan harga yang terjadi. Sementara, terkait naiknya harga ia mengaku tidak tahu pasti sebabnya. “Pembeli banyak yang ngeluh, kok saiki larang pol ngasi ameh Rp 200 ewu. Ya, mau gimana lagi sudah aturan kalau naik. Sekarang saja ini sudah tak kurangi jualan tabung yang 12 kg itu. Wedi nek ra payu,” resahnya.
Gas Non Subsidi Naik, Pengusaha di Kendal Ketar-Ketir
Hal senada juga diungkapkan oleh Elang (51) salah satu pengecer gas LPG di daerah Klegen. Ia menyampaikan, bahwa gas LPG 12 kg harganya telah mencapai 200 ribu rupiah untuk refil atau isi ulang. Pengecer yang sering dipanggil dengan sebutan Mbak Elang itu pun merasa prihatin dengan kebijakan tersebut.
“Sekarang saya jual gas LPG 12 kg itu harga 200 ribu rupiah, kalau kula’ane 190 ribu. Pembeli yang biasa langganan saya yo jerit kabeh, regane mundak nganti semono,” tuturnya.
Lebih lanjut, menurut penuturannya kini pembeli yang dulu menggunakan gas LPG 12 kg mulai berpindah haluan dengan membeli gas melon bersubsidi 3 kg. Ia cukup khawatir hal tersebut akan berimbas pada ketersediaan gas melon subsidi 3 kg.
“Ada yang dulu langganan gas LPG 12 kg, sekarang karena harganya naik jadi beli yang gas 3 kg itu. Saya khawatir nek gini terus nanti gas LPG 3 kg itu jadi langka. Soalnya gas LPG 3 kg ini kan harganya masih tetap. Harapannya semoga harga gas LPG 12 kg itu bisa kembali ke harga seperti dulu,” pungkasnya. (Lingkar Network | Ika Tamara Dewi – Koran Lingkar)