Sanggar Tari Karya Widya Budaya Kudus, Komitmen Lestarikan Tari Klasik

sanggar tari Kudus

KOMPAK: Winarni Setyoningrum, Ketua Sanggar Karya Widya Budaya foto bersama anak didiknya usai latihan di Taman Krida Kudus. (Falaasifah/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Melestarikan seni budaya di tengah-tengah gempuran budaya asing menjadi tantangan tersendiri saat ini. Terlebih seni budaya tari klasik yang dituntut bisa mempertahankan eksistensinya di antara tarian modern yang sedang marak digandrungi generasi milenial.

Oleh karenanya, Sanggar Tari Karya Widya Budaya berkomitmen terus melestarikan seni budaya, khususnya di bidang tari klasik, agar keberadaannya tidak tergeser tarian modern.

Winarni Setyoningrum (54) selaku Ketua Sanggar mengatakan, secara rutin ia mengadakan latihan seni tari, tepatnya setiap Jumat dan Minggu bersama dengan anggotanya di Taman Krida Kudus.

“Saya ajak berkumpul untuk latihan di Taman Krida ini ada tujuannya. Selain untuk tempat latihan, juga bertujuan menarik perhatian para pengunjung yang datang. Sekaligus sebagai ajang pengenalan budaya pada masyarakat luas juga,” ungkapnya.

Dinbudpar Rembang: Tari Orek-orek sudah Kehilangan Ruh Aslinya

Ia berharap, pengenalan budaya daerah dikenalkan sejak dini, sehingga saat besar nanti sudah tertanam sikap cinta terhadap budaya yang dimiliki.

“Jangan sampai budaya kita hilang gara-gara anak tidak dikenalkan dengan budaya. Nanti malah budaya yang kita miliki bisa hilang atau punah,” tuturnya.

Di tengah-tengah gempuran budaya asing, Winarni optimis untuk memegang teguh prinsipnya dalam melestarikan seni budaya, khususnya seni tari klasik.

“Saya ingin mempertahankan budaya. Saya yakin orang tidak akan meninggalkan budaya karena kita punya ciri khas tersendiri. Nanti semakin lama pasti semakin dicari. Kenapa sampai orang luar malah yang belajar tentang budaya kita, itu karena budaya kita punya khas tersendiri,” ungkapnya.

Ia menceritakan, sebelum virus Covid-19 ada anggota yang hadir bisa 100 orang. Namun sejak pandemi anggotanya menurun drastis. “Sekarang yang hadir 15 hingga 20 anggota saja,” ungkapnya menyayangkan.

Museum Kretek Kudus, Tempat Wisata Edukasi yang Komplit

Anggota yang tergabung dalam sanggar tari ini juga telah menjuarai berbagi macam perlombaan. Mulai dari tingkat sekolah, kabupaten, provinsi sampai dengan nasional.

Luluk (13) salah satu anggota Sanggar Tari Karya Widya Budaya menceritakan, ia sudah empat tahun bergabung dalam sanggar ini. Menurutnya, awal ia bergabung di sanggar ini karena pernah ditunjuk sekolahnya untuk mewakili lomba seni tari.

“Awalnya ditunjuk sekolah untuk mewakili lomba tari. Lantas berlanjut sampai sekarang,” ujarnya.

Bagi Luluk, belajar seni tari klasik tidaklah sulit, yang dibutuhkan hanyalah mencintai dan konsisten terhadap apa yang dikerjakan, sehingga saat melakukannya tidak merasa terbebani dan hati menjadi riang. (Lingkar Network l Falaasifah – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version