KUDUS, Lingkarjateng.id – Yuli Astuti, perempuan yang mewakili Asean Woman dari 14 negara yang dilaksanakan di Indonesia itu, membuat usaha batik dan berniat membangkitkan kembali kejayaan Batik Kudus yang yang pernah berjaya pada tahun 1930 hingga 1970-an.
Meski banyak yang meragukan usaha Yuli, harapannya tak padam dan kekuatannya makin bertambah ketika pada tahun 2017 ia berhasil mengikuti pameran dan memamerkan batik buatannya. Ia menitikberatkan motif batiknya dengan mengangkat budaya lokal.
“Awal mulanya pada tahun 2005 saya bertemu dengan seorang pembatik sepuh Buni Amah yang masih membatik. Karena keprihatinan terhadap masa depan batik Kudus, saya memulai perjuangan saya dengan belajar membatik dari Solo, Pekalongan, Bandung, hingga di daerah pembatikan lain,” ucapnya.
Ia memulai perjalanannya dengan motor yang dibeli dari hasil kerjanya selama menjahit. Motor tua itu kini jadi saksi perjuangannya dalam mengembangkan batik Kudus.
Batik Muria Kudus menjadi nama usaha yang ia pilih. Ia mengembangkan ide-ide kreatif rancangan motif batiknya dengan mengangkat budaya lokal dan lingkungan alam, serta legenda cerita rakyat.
“Saat ini saya telah memiliki 27 motif batik yang telah memiliki HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Batik yang paling terbaru yaitu batik dengan motif gading gajah yang saya ambil dari penemuan gading gajah yang dimuseumkan di Kudus,” jelasnya.
Karena kegigihannya, kini Yuli menjadi anggota dan pengurus bidang keanggotaan di Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia. Keikutsertaannya itu membawa harapan agar asosiasi sebagai wadah berkumpulnya para ahli batik, mampu berjuang bukan saja sebagai penjaga budaya, namun asosiasi akan memberi dampak peningkatan kesejahteraan bagi para pembatik tulis.
“Bagaimana mau melestarikan batik dan para pembatik tulis jika pendapatan para pembatik masih rendah,” ungkapnya.
Sebagai perempuan yang sukses di bidang batik, ia berjuang untuk menjaga dan meningkatkan nilai budaya batik dengan konsisten menjaga keberadaan batik dan mengedukasi berbagai kalangan dan masyarakat tentang batik. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)