KUDUS, Lingkarjateng.id – Bersholawat bagi umat muslim, menurut Ghina Aslicha bukanlah sebuah hobi, melainkan sebuah keharusan agar mendapatkan syafaat dari Baginda Rasul Muhammad SAW. Gadis bersuara merdu saat bersenandung lagu-lagu Islami ini mengaku, ia selalu menjaga niat bersholawat untuk mendapatkan syafaat dari Baginda Rasul.
“Sebenarnya sholawat itu bukan hobi, tapi emang sebagai muslim sholawat ya sebuah keharusan,” katanya.
Tak hanya bersholawat, dara kelahiran Kudus, 4 Mei 1999 ini juga aktif bergelut di dunia rebana sejak dirinya sekolah di Madrasah Tsanawiyah yang ada di Kudus. Bermula dari iseng mengikuti seleksi rebana, dirinya yang semasa itu tidak ada niatan untuk berkecimpung dalam dunia tarik suara, akhirnya memberanikan diri untuk bergabung dalam grup rebana yang akan mewakili sekolah untuk lomba.
Mengenal Diana Dewi, Pelopor Women’s Cycling Community Kudus
“Waktu itu ikut latihan buat persiapan lomba. Jalan latihan, semasa aku nyanyi-nyanyi dengan nadaku sendiri, tiba-tiba pelatih rebana memintaku untuk menjadi vocal dalam rebana. Saat itu, aku diminta buat pecah suara pakai falsetto voice. Dari situlah, mulai terlatih dan nambah pengetahuan di dunia tarik suara,” urainya.
Setelah bergelut dan menorehkan beberapa prestasi di dunia tarik suara. Ghina menceritakan, dirinya sempat beberapa tahun memilih untuk vacum.
Dirinya mengaku masih malu untuk tampil di depan publik. Akan tetapi, takdir berkata lain, Ghina pun akhirnya kembali bergelut di dunia tarik suara saat diminta gurunya untuk ikut mengharumkan nama madrasah.
Mengenal Salma Ramadhani Putri, Jadi Suporter Sepak Bola karena Sang Ayah
“Jadi waktu itu aku udah gak mau ikut bagian dari rebana, tapi namanya sudah jatah dan jalannya mungkin ya, dan dukungan dari para guru-guru akhirnya aku ikut serta lagi dalam rebana. Aku niatkan untuk mendapatkan syafaat nabi, juga mengharumkan nama madrasah,” jelasnya.
Dengan berjalannya waktu dan kondisi yang berubah, kini ia sudah mengurangi aktivitas di dunia rebana. Tetapi untuk bersholawat, ia masih selalu menyempatkan diri dan masih diberi kesempatan untuk menyalurkan sedikit ilmu yang didapat untuk teman-teman di pondoknya sekarang.
“Dari sini aku belajar, bahwa sekuat apa pun aku lari, kalau udah jatahnya ya gak bisa lari. Jadi sekarang semengalirnya aja dan belajar autodidak. Dengerin sholawat atau lagu-lagu yang menurutku enak,” tutupnya. (Lingkar Network | Alifia Elsa Maulida – Koran Lingkar)