KENDAL, Lingkarjateng.id – Kenaikan harga pupuk yang melambung tinggi, membuat petani harus berpikir keras untuk bisa bercocok tanam dengan normal. Kenaikan pupuk non subsidi tidak terkendali hingga 100 persen, membuat petani kelimpungan. Apalagi kuota pupuk bersubsidi juga belum turun.
Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kendal (DPP Kendal), Pandu Rapriat Rogojati menjelaskan, untuk kenaikan pupuk non subsidi, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya untuk pupuk non subsidi tidak ada pengendalian harganya.
“Harga pupuk non subsidi saat ini tidak bisa dijangkau para petani karena terlalu tinggi. Kami dari dinas tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang tidak ada pembatasnya,” ujar Pandu, Senin (14/2).
Harga Pupuk Naik, Petani Kendal Tercekik
Menurut Pandu, persoalan tersebut solusinya adalah dengan menggunakan pupuk organik, yang bagus untuk tanah. Memang proses penggunaannya cukup lama dibandingkan pupuk kimia. Namun, hal ini diperlukan sebagai edukasi bagi petani.
“Jika mau sebenarnya pupuk organik jauh lebih baik dari pupuk kimia. Tapi pemanfaatannya butuh proses lama daripada menggunakan pupuk kimia,” lanjutnya.
Hal yang sama dikatakan oleh Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Tardi. Dirinya sudah melakukan uji coba dengan menggunakan kotoran hewan di sawahnya. Namun butuh kesabaran lebih jika menggunakan pupuk organik ini.
“Pupuk organik yang saya gunakan adalah kotoran hewan atau kerbau. Untuk memberikan contoh para petani, saya memakai pupuk tersebut. Walau hasilnya lama, tapi lebih baik,” ujar Tardi. (Lingkar Network | Unggul Priambodo – Koran Lingkar)