KENDAL, Lingkarjateng.id – Menjelang Pilkada Serentak 2024, kembali mencuat mitos tentang Bupati Kendal yang hanya dapat menjabat satu periode saja.
Sejak kapan mitos ini berkembang tidak diketahui secara pasti, namun setiap menjelang pemilihan kepala daerah di Kabupaten Kendal, tak sedikit masyarakat setempat yang menyinggung mitos tersebut.
Mitos ini menjadi kuat karena secara kebetulan, hingga saat ini belum ada Bupati Kendal yang menjabat hingga dua periode tanpa cacat.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Golkar, Bagus Bimo Alit, juga memberikan tanggapan terkait mitos ini mengingat Bupati Kendal Dico M. Ganinduto yang notabene petahana bakal menjadi calon terkuat dari Golkar jika diusung kembali pada Pilgub 2024 mendatang.
“Menurut saya mitos itu kan boleh percaya atau tidak, ya kira kira gitu. Tapi kalau saya ya ikhtiar aja maksimal, terkait jadi atau nggak itu aja garis tangan. Kita ikhtiar maksimal untuk kabupaten Kendal,” ujarnya pada Kamis, 4 Juli 2024.
Bimo menegaskan bahwa mitos Bupati Kendal hanya bisa memimpin satu periode ini jika dijadikan sebagai pedoman menurutnya dapat menimbulkan kemusyrikan.
“Terkait mitos dua periode itu kalau saya kira kita berpedoman itu ya musyriklah, kira-kira begitu,” tegasnya.
Budayawan dari Lesbumi Kendal, Gus Misbahul Munir, juga menanggapi terkait mitos bupati dua periode di Kabupaten Kendal yang selalu gagal dan menghadapi kendala. Menurutnya, hal itu memiliki filosofi dan pesan yang harus diurai bersama secara empirik.
“Bisa jadi apa yang terjadi di tanah ini merupakan sebuah peringatan bagi pejabat yang memimpin supaya benar-benar menjaga amanah dalam kepemimpinannya. Sekiranya dirinya menyeleweng atau berbuat yang melanggar norma-norma maka tidak bisa menjabat kembali,” paparnya.
Selain itu, ia menegaskan bahwa pemimpin Kabupaten Kendal harus menjaga tanah setempat agar tetap lestari dan menjaga keseimbangan alamnya supaya generasi penerus tidak diwarisi malapetaka.
“Ketika dirinya belum menjadi pribadi pemimpin yang bijaksana, maka alam semesta tidak akan mendukung sehingga mitos tersebut berlaku hingga kini,” tegasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkarjateng.id)