JEPARA, Lingkarjateng.id – Debu, batu hingga medan terjal bak sudah menjadi sahabat bagi Nur Akhlis Shofie. Pasalnya, gadis kelahiran Jepara, 04 Februari 2000 itu memiliki hobi mendaki gunung.
“Pertama kali naik gunung 2019 itu mendaki Gunung Prau, pertama kali gendong carrier, pertama kali liat lautan awan, pertama kali sujud syukur di atas gunung, semua serba pertama deh. May be itu awal pertama juga aku suka naik gunung,” ungkapnya.
Dara manis asal Kota Ukir itu mengaku ketagihan mendaki gunung, karena menemukan makna kehidupan di sana yang tidak ditemui di perkotaan. Di sana, dia bisa merasakan ketenangan dan kedamaian.
Mengenal Rohedy Ayucandra Farizi Jodisaputra, Pengusaha Katering Dapur Kolosal
Awal tahun ini saja, perempuan yang akrab di panggil Shofie sudah mamasukkan beberapa nama gunung yang ingin didaki. Ia berencana akan naik gunung lagi di antaranya Gunung Sumbing dan Gunung Merbabu. Meski yang ia masukan dalam daftar list-nya sudah pernah ia daki sebelumnya.
“Selama 2019 aku baru ke Gunung prau 4 kali , Gunung Andong, Gunungg Ungaran, Gununh Lawu, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro dan rencana tahun 2022 ini ke Gunung sumbing sama Gunung merbabu lagi,” harapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, mendaki gunung itu membutuhkan kesehatan yang prima. Namun demikian, dia sangat bersyukur karena dengan mendaki bisa menambah banyak teman dan melatih kepedulian terhadap sesama.
Mengenal Yuli Astuti, Kembangkan Batik Kudus dengan Motif Budaya Lokal
“Mendaki memang capek, tapi capek itu terbayarkan dengan keindahan diatas gunung dan percayalah anak-anak pendaki itu memiliki jiwa solidaritas yang sangat kuat,” ungkap gadis berparas ayu yang selalu mendapat juara kelas itu.
Menutup statement-nya, ia berpesan untuk semua orang yang berencana naik gunung untuk mematuhi peraturan. Pasalnya, dia pernah mengalami kejadian yang kurang menyenangkan karena melanggar aturan yang akhirnya terkena denda sampai Rp 900 ribu rupiah.
“Kalau naik gunung harus patuh sama peraturan, soalnya dulu aku dan tim pernah di denda 900 ribu karena ketahuan bawa tisu basah diitung 1 lembar 50.000 . Aturannya kan ngga boleh bawa tisu basah karena benda itu sulit terurai di tanah. Menyedihkannya aku dan tim harus pulang tanpa makan dari jam 2 siang sampai jam 12 malem baru sampai rumah,” pungkasnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)