JEPARA, Lingkarjateng.id – Penguatan karakter dan pengetahuan wawasan kebangsaan adalah upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal itu disampaikan Bupati Jepara Dian Kristiandi dalam Safari Kebangsaan di SMA N 1 Jepara, Jum’at (11/2).
Acara yang juga dihadiri Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Jepara Lukito Sudi, Kepala SMA N 1 Jepara Ngaripah, Komite Sekolah, dan Jajaran Dewan Guru SMA N 1 Jepara.
Dalam sambutannya, Kepala Bakesbangpol Jepara Lukito Sudi menyampaikan, ada empat siswa SMA N 1 Jepara, yang dilantik menjadi Duta Pancasila, hal ini nantinya diharapkan para siswa, mempunyai pengaruh positif di lingkungan dan luar sekolah.
“Empat siswa SMA N 1 Jepara yang dilantik menjadi Duta Pancasila. Sehingga diharapkan membawa pengaruh di lingkungan dalam dan luar sekolah,” katanya.
Bupati Jepara Minta Aparat Pemerintahan Desa Bersinergi
Turut pula dalam sambutannya, Kepala Sekolah SMA N 1 Jepara Ngaripah menyebutkan beberapa prestasi yang diraih selama ini. Di antaranya, bekerjasama dalam BRIDGE School Partnership dengan Australia, Toyota Minami High School dari Jepang, serta Nations, Global Learning Exchange of All Nations di fasilitasi oleh microsoft.
“Atas pencapaian prestasi tersebut, perlu ada dukungan dan penguatan dari Pemkab Jepara bersama pihak-pihak terkait, untuk pembinaan karakter siswa,” kata Ngaripah.
Dalam sambutannya, Bupati Jepara, Dian Kristiandi menyampaikan, hal iti merupakan prestasi yang luar biasa dalam peningkatan ilmu pengetahuan. Namun perlu adanya pendidikan penguatan karakter dan mental terhadap siswa yang belakangan ini cenderung merosot.
Bupati Jepara Ajak ASN Merawat Kebhinekaan
“Anak-anak sekarang sudah beda dengan jaman saya. Cenderung jarang bersosialisasi karena pengaruh teknologi informasi, seperti saat berinteraksi dengan keluarga di rumah. Malah pegang gadget sendiri-sendiri, bahkan tidak ada komunikasi atau berinteraksi,” jelas Bupati.
Hal inilah yang menurutnya harus diantisipasi, karena tidak menutup kemungkinan di manfaatkan oleh sebagian kalangan menyusupkan paham radikalisme yang merongrong keutuhan berbangsa dan bernegara.
“Kita ini diadu-adu supaya tidak rukun. Banyak sekali contohnya seperti, kalau kita melakukan bullying, membedakan di antara kawan sendiri, tidak bisa menerima pendapat orang lain, selalu menyendiri, menganggap paling benar sendiri,” jelasnya. Ia menuturkan, perlu adanya wawasan kebangsaan ditengah-tengah para siswa, untuk menangkal paham radikalisme sejak dini, karena pembangunan bangsa ada di pundak generasi muda. Guna membangun bangsa dan negara yang maju, makmur, dan menyejahterakan rakyat Indonesia. (Lingkar Network | Basid – Koran Lingkar)