KUDUS, Lingkarjateng.id – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus menyebut, kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di tahun 2021 mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat. Pasalnya, pada tahun 2020 temuan DBD di Kudus tercatat ada sebanyak 40 kasus. Sementara di sepanjang tahun 2021 naik secara signifikan menjadi 175 kasus.
Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) DKK Kudus, Nuryanto menyampaikan, lonjakan kasus ini terjadi karena adanya pengaruh iklim yang anomali atau berubah-ubah tak menentu.
“Peningkatan kasus ini bisa saja terjadi karena hujan yang tidak menentu dan kurangnya kebersihan lingkungan,” ujarnya.
Antisipasi DBD, DKK Kudus Adakan Fogging Fokus ke Desa-Desa
Ia menyebutkan, penyakit ini disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti yang bersarang di genangan-genangan air. Nuryanto mengatakan, nyamuk penyebab DBD ini biasanya bersarang di sampah yang bisa membuat genangan air seperti pada kaleng bekas, ban bekas maupun tempat lainnya.
“Oleh karena itu kami harap masyarakat bisa lebih menjaga kebersihan lingkungan. Caranya seperti tidak membuang sampah yang bisa menyebabkan genangan air sembarangan. Tempat -tempat yang bisa menjadi genangan juga harus ditutup supaya tidak menjadi sarang nyamuk,” paparnya.
Selain itu, bagian dalam rumah yang kurang mendapatkan sinar matahari bisa menjadi sarang nyamuk. Ia pun menyarankan agar keadaan nyamuk di dalam rumah terang supaya tidak menjadi sarang nyamuk.
Dengan adanya lonjakan kasus yang signifikan ini, pihaknya akan lebih gencar melakukan sosialisasi terkait Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3M yakni Menutup, Mengubur dan Mengubur kepada masyarakat di Kota Kretek. Penyemprotan dan fogging juga akan lebih gencar dilakukan di tempat yang rawan terjadi kasus DBD.
Program DKK Kudus Efektif Kejar Target Vaksinasi Lansia
Setiap RW, lanjutnya, juga akan diminta ada satu orang yang mengawasi wilayahnya untuk mengawasi gerakan satu rumah satu jumantik. Gerakan ini merupakan kegiatan berkelanjutan agar di setiap rumah ada yang mengawasi bak penampungan air yang bisa berpotensi menjadi sarang nyamuk.
“Tatkala ada kasus nanti kita lakukan penyelidikan epidemiologi dengan turun ke lapangan untuk mengecek keadaan di wilayah. Kita juga akan upayakan dengan edukasi dan pemberian abate ke masyarakat,” tuturnya.
DKK Kudus mengaku, di tahun 2022 ini akan lebih memaksimalkan kewaspadaan terkait penyebaran kasus DBD di wilayah setempat. Pihaknya berharap, apabila masyarakat mengalami gejala kasus DBD bisa segera berobat ke puskesmas terdekat.
“Kalau ke puskesmas nanti bisa dicek apakah benar terkena DBD atau tidak. Jadi bisa segera ditangani dengan baik. Maka dari itu, kami minta masyarakat tidak melakukan diagnosis mandiri,” tuutp Nuryanto. (Lingkar Network | Nisa Hafizotus Syarifa – Koran Lingkar Jateng)