Museum Lokal Purwodadi Akan Dikucur Dana Rp700 Juta untuk Konservasi

Observasi koleksi Museum Lokal Purwodadi

PENGECEKAN: Tim dari Museum Ranggawarsita melakukan pemeriksaan kondisi display di Museum Lokal Purwodadi. (Dok. Lingkarjateng.id)

GROBOGAN, Lingkarjateng.idMuseum Lokal Purwodadi yang ada di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan, akan diberi anggaran dan sebesar Rp700 juta untuk konservasi, penataan tata ruang, serta pemeliharaan sarana-prasarana.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Grobogan melalui Kabid Pariwisata Endang Darwati mengatakan dana tersebut digunakan untuk beberapa komponen seperti pengelolaan koleksi dengan kegiatan konservasi meliputi fumigasi, pengolesan antirayap, dan sejenisnya.

“Selain itu, kemudian publikasi koleksi museum dengan dilakukan lomba, serta pemeliharaan sarana dan prasarana,” ujarnya pada Minggu, 26 Mei 2024.

“Publikasi koleksi museum dengan pengadaan lomba akan segera kami umumkan. Sementara untuk pemeliharaan sarpras dilakukan kondisional,” Lanjutnya.

Endang juga mengatakan bahwa sebelumnya pihak museum telah melakukan kegiatan konservasi fosil. Selanjutnya, akan dilanjutkan dengan konservasi nonfosil.

Selain kegiatan konservasi juga dilakukan kajian oleh tim dari Museum Ranggawarsita. Dalam kegiatan itu, ada empat orang ahli dari Museum Ranggawarsita yang diminta untuk melakukan sebuah perawatan koleksi museum.

“Mulai dari identifikasi objek koleksi, kerusakan objek, hingga observasi,” katanya.

Menurutnya, kegiatan observasi dilakukan guna mengetahui kerusakan atau potensi kerusakan yang ada. Dari hasil tersebut kemudian dapat diketahui aplikator bahan apa yang akan digunakan untuk konservasi.

Secara ringkas, beberapa koleksi yang dipamerkan Museum Lokal Purwodadi meliputi koin-koin kuno, meriam, gamelan, kecer, bokor, gelang, lumpang, lesung, bende, saron, dan keris.

Selain itu ada juga batu umpak, pipisan, gandik, lingga, yoni, sejumlah arca, dan kerang purba maupun bagian dari fosil gajah stegodon.

Menurut Endang, jika salah mengidentifikasi bahan konservan yang tepat terhadap koleksi bisa mengakibatkan dampak yang fatal. Sebab, tujuan untuk mencegah kerusakan dini.

“Karena tujuannya untuk mencegah kerusakan dini. Karena ini terjadi terus-menerus, tambah hari tambah usia. Yang tambah usia akan mengalami titik kelelahan,” katanya.

Lebih lanjut, Endang mengatakan bahwa konservasi dilakukan guna menanggulangi kerusakan pada sebuah koleksi atau artefak benda cagar budaya atau diduga benda cagar budaya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version