GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Korban meninggal dunia akibat menderita demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Grobogan bertambah.
“Update kasus DBD hingga Februari 2024, total ada 223 kasus. Januari ada 144 kasus dan meninggal 2 orang. Februari ada 79 kasus dan meninggal 3 orang,” kata Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Grobogan, Djatmiko pada Selasa, 12 Maret 2024.
Ia menambahkan bahwa, berdasarkan informasi terakhir yang ia terima, ada lagi penambahan 1 korban DBD di Kabupaten Grobogan. Sehingga total korban meninggal dunia ada 6 orang.
Djatmiko mengatakan, tren kasus DBD tidak hanya terjadi di Kabupaten Grobogan saja, melainkan juga terjadi di banyak daerah lainnya. Hal ini karena dipengaruhi oleh curah hujan seperti saat ini.
“Kenaikan tren DBD sangat dipengaruhi oleh curah hujan saat ini, sehingga beberapa daerah juga mengalami kenaikan tren DBD bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” jelas Djatmiko.
Sejumlah rumah sakit di Grobogan khususnya di Purwodadi, kata dia, hingga kini masih penuh. Bahkan, sejumlah pasien masih dirawat di IGD karena belum ada ruang perawatan yang kosong.
“Untuk RS yang ada di Kabupaten Grobogan tetap kita pantau tingkat hunian untuk memastikan kecukupan layanan,” ungkapnya.
Terkait Bed Occupation Rate (BOR) di rumah sakit se-Kabupaten Grobogan, ia merincikan bahwa RSUD Soedjati sebanyak 85 persen, RSUD Ki Ageng Selo sebanyak 90 persen, RSUD Getas Pendowo sebanyak 63,8 persen.
Kurangi Kasus DBD di Grobogan, Dinkes Imbau Masyarakat Lakukan 3M
Selanjutnya RS Panti Rahayu sebanyak 100 persen dan IGD full. RS PKU sebanyak 86 persen, RS Hab sebanyak 55 persen, RSI sebanyak 86 persen.
Kemudian, RS Marganingsih sebanyak 50 persen untuk obgyn dan penyakit dalam, belum BPJS. RS O Siaga sebanyak 35 persen, RS Tri Medika sebanyak 40 persen belum BPJS. RS Sekarlaras tersedia 1 bed belum BPJS.
“Informasi mungkin akan berubah karena perubahan pasien yang dinamis di masing-masing rumah sakit,” jelasnya.
Djatmiko menyatakan bahwa, sudah banyak upaya yang dilakukan untuk menangani kasus DBD di Grobogan mulai dari aktivasi Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD di setiap desa dan menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
“Selain itu, pemberian Larvasida,Jumat Bersih dan pengenalan gejala DBD untuk menghindari keterlambatan penanganan DBD. Melakukan siaran keliling waspada DBD kepada masyarakat juga sangat penting,” pungkasnya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)