Idap Penyakit Syaraf dan Rawat Anak Keterbelakangan Mental, Janda Miskin di Demak Berharap Bantuan Pemerintah

TERMENUNG: Supiyani sedang duduk bercerita tentang nasib hidupnya di warung miliknya di Desa Katonsari, Kecamatan Kota, Demak belum lama ini. (M. Burhanuddin Aslam/Lingkarjateng.id)

TERMENUNG: Supiyani sedang duduk bercerita tentang nasib hidupnya di warung miliknya di Desa Katonsari, Kecamatan Kota, Demak belum lama ini. (M. Burhanuddin Aslam/Lingkarjateng.id)

DEMAK, Lingkarjateng.id – Supiyani, seorang janda miskin pemilik Warung Lamongan di Desa Katonsari, Kecamatan Kota, Kabupaten Demak mengharapkan pemerintah setempat bisa membuka mata terkait kondisinya sekarang. Ia berharap pemerintah desa bisa mengajukan dirinya sebagai warga penerima bantuan.

“Saya sudah tinggal di sini (Demak) sekitar empat tahun, tapi baru buat KTP sini tahun lalu. Di sana (Lamongan) juga sudah tidak punya rumah, tidak ada keluarga,” katanya saat ditemui di warungnya, Sabtu malam, 27 Januari 2024.

Yani berkeinginan bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah desa setempat seperti halnya warga miskin lainnya untuk bisa mendapat bantuan sosial. 

“Dengan kondisi saya seperti ini, saya itu ingin juga mendapat bantuan dari pemerintah, ingin punya tempat tinggal sendiri,” harapnya. 

Kini, ia tinggal bersama putranya yang berusia 15 tahun, yang mengidap kelainan mental. Mereka tinggal di ruko berukuran 3×3 meter di pinggir jalan pantura, tepatnya di Desa Katonsari.

“Anak saya ini kelainan, jadi dulunya pernah sekolah di SD SLB tapi sekarang tidak bisa sekolah lagi,” ujarnya. 

Ruko sekaligus tempat tinggal mereka itu setiap malamnya dijadikan sebagai Warung Lamongan untuk mencari nafkah dan menghidupi putranya tersebut. 

Selain itu, Supiyani juga mengaku mengidap penyakit syaraf mata sehingga penglihatannya kurang jelas dan sering pusing. 

“Saya juga belum ada BPJS untuk berobat mata saya, dulunya (di Lamongan) punya BPJS tapi tidak bisa digunakan di sini,” ucapnya. 

Yani bercerita, Warung Lamongan miliknya kerap sepi pembeli bahkan pernah tidak pernah ada pembeli satupun dalam satu hari.

“Untungnya tidak nentu, malah bahkan tombok (rugi). Kadang semalem itu tidak ada yang beli,” keluh dia. 

Bahkan, ia sudah lapor ke Balai Desa untuk menerima bantuan. Namun hanya disuruh bersabar.

“Saya sudah lapor ke Balai Desa, katanya disuruh sabar, ya semoga aja bisa menerima bantuan, syukur-syukur dapat bantuan tempat tinggal,” harapnya. (Lingkar Network | M Burhanuddin Aslam – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version