PATI, Lingkarjateng.id – Banjir di Ketitangwetan, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati tidak hanya merendam permukiman warga melainkan ke sekolah hingga kegiatan belajar mengajar diliburkan.
Banjir terjadi sejak Jumat, 24 Oktober 2025 dini hari dan belum surut secara signifikan hingga Senin, 27 Oktober 2025.
Menurut guru SD Ketitangwetan, Dian Sofiana, banjir menerjang sekolah ini rutin terjadi setiap tahun dan ketinggian banjir semakin ketika curah hujan tinggi.
Sofiana menyebut banjir tidak hanya merendam bagian luar tetapi juga masuk ke ruang kelas sehingga kegiatan belajar mengajar terpaksa diliburkan.
“Ketinggian banjir kemarin 75 sentimeter. Air masuk ke ruang kepala sekolah, perpustakaan, kemudian enam ruang kelas banjir semua dari kelas satu sampai enam,” terangnya ditemui di sekolah.
Ia mengatakan kondisi banjir di SD Ketitangwetan terjadi setiap tahun, bahkan dalam satu bulan pernah 17 kali diterjang banjir.
“Dalam sebulan kalau curah hujan tinggi, banjir tidak hanya sekali. Jadi harapannya agar ruangan kelas itu ditinggikan agar tidak ada kejadian seperti ini lagi.
Sementara kegiatan belajar mengajar diliburkan, para guru membersihkan ruang kelas dari endapan banjir sehingga ketika banjir benar-benar surut siswa bisa belajar dengan nyaman.
Sejumlah desa di Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, masih terendam banjir karena jebolnya tanggul Sungai Widodaren dan Sungai Gandam imbas tingginya intensitas hujan sejak 23 Oktober 2025 lalu. Bahkan, banjir saat ini juga menggenangi Jalan Pantura Pati-Rembang di wilayah Batangan.
Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetyo, mengungkapkan jebolnya tanggul dan banjir tersebut dikarenakan adanya sedimentasi di Sungai Gedong dan Kali Ombo yang merupakan pecahan dari Sungai Gandam.
Menurutnya, air yang seharusnya mengalir lancar ke Sungai Juwana terhambat oleh sedimentasi cukup keras di kedua sungai yang melintas di bawah jalur Pantura tersebut.
“Di sana ada penyumbatan atau sedimentasi yang sudah sangat keras yang melintas di bawah jalur Pantura. Kalau menurut dari kaca mata kami itu memang harus ada penyelesaian masalah di sumbatan kedua sungai,” katanya saat ditemui di Kantor BPBD Pati, Senin, 27 Oktober 2025.
Martinus mengatakan perlu adanya diskusi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati dengan Balai Besar Wilayah Jalan yang menangani jalur Pantura untuk membuka gorong-gorong di jalan tersebut guna pembersihan sedimentasi.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Ulfa






























