Lingkarjateng.id – Salah satu tantangan pengobatan Tuberkulosis (TB) adalah proses penyembuhan yang memakan waktu lama sehingga memerlukan konsistensi dari pasien. Hal tersebut disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr Siti Nadia Tarmizi.
“Pengobatan TB membutuhkan waktu 6-9 bulan. Hal ini meninggalkan kebosanan dan sering putus berobat. Kemudian tidak berobat adalah tantangan yang kita hadapi,” kata Nadia.
Kendati demikian, Nadia menjelaskan TB merupakan penyakit yang bisa disembuhkan. Proses penyembuhan bisa menjadi lebih mudah jika pasien melakukan terapi obat pencegahan selama dua bulan.
Inilah Tren Warna Cat Rumah 2022
“Upaya pencegahan ini pun sudah ditemukan metodenya yaitu dengan memberikan terapi obat pencegahan TB selama dua bulan. Orang sakit TB jelas memiliki gejala batuk dan kondisi kesehatan yang dirasakan sehingga untuk memulai pengobatan akan lebih mudah,” kata Nadia.
Di sisi lain, pemberian terapi TB sebagai upaya pencegahan pada semua kelompok umur baik pada anak atau dewasa dianggap sebagai metode yang sangat tepat. Selain itu, upaya preventif juga diperlukan untuk menjaga seseorang agar tidak menjadi sakit.
“Ini juga merupakan tantangan karena kita akan memberikan obat terapi pencegahan di mana orang tersebut merasa dirinya tidak sakit dan pengobatan ini cukup lama selama dua bulan dan harus meminum obat setiap hari,” kata Nadia.
Ia kemudian mengatakan, masyarakat harus mewaspadai TB karena Indonesia merupakan negara kedua terbesar dengan kasus TB setelah India. Diperkirakan terdapat 845 ribu untuk kasus TB biasa dan 24 ribu untuk kasus TB resisten yang ada di Indonesia. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)