Oleh: Nur Amanah, S.Pd., Guru SDN 01 Cibuyur, Kabupaten Pemalang
UNDANG-UNDANG Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjabarkan bahwa kegiatan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas sering kali diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal, otak anak selalu dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut untuk dapat dihubungkan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Mengajak siswa berpikir kritis termasuk salah satu tujuan dari pembelajaran IPA. Pelaksanaan pembelajaran yang cenderung monoton tanpa memperhatikan partisipasi aktif siswa menjadi salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam pembelajaran IPA guru dituntut untuk kreatif dalam menyajikan materi pelajaran. Hal ini dimaksud agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal serta mampu meningkatkan siswa dalam berpikir kritis.
Kurikulum 2013 menuntut hasil belajar yang begitu lengkap dan baik, yakni hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Seseorang dengan pikiran kreatif tinggi tentu akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Namun berpikir kreatif yang tinggi jika tidak diimbangi dengan proses pembelajaran yang mendukung hasilnya tidak sesuai dengan kemampuannya. Penerapan kurikulum 2013 menuntut guru menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif. Oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran efektif yang baik dan benar untuk membentuk peserta didik dapat belajar mandiri tanpa melupakan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, salah satunya dengan menggunakan model berbasis proyek seperti model Project Based Learning (PjBL).
Pembelajaran berbasis proyek adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Project Based Learning adalah model pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan siswa dalam berpikir kritis.
Berpikir kritis ( Angelo , 1995) adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, mengenali permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi.
Penerapan dalam kegiatan belajar pada kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran Tematik. Pembelajaran Tematik yaitu pengintegrasian suatu materi dari beberapa muatan pelajaran menjadi suatu tema atau topik pembelajaran sehingga peserta didik akan belajar lebih baik dan bermakna. Peserta didik seringkali merasa bosan dengan pembelajaran Tematik yang terkesan teks book, sehingga tingkat berpikir kritis siswa rendah, yang berimbas pula pada rendanya hasil belajar siswa.
Untuk meningkatkan berpikir kritis siswa, penulis menggunakan model pembelajaran Project based learning dengan media sebagai perantara dalam menyampaikan materi pelajaran Tematik . Media yang digunakan yaitu berupa Augment reality (Asemblr Edu ).
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sudah selayaknya kalau media tidak lagi hanya kita pandang sebagai alat bantu belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi lebih sebagai alat penyalur pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan (peserta didik/pelajar). Sebagai pembawa pesan, media tidak hanya digunakan oleh guru tetapi yang lebih penting lagi dapat digunakan oleh peserta didik (Sadiman, 2012:6).
Media merupakan alat bantu yang dapat memberikan pengalaman konkrit, tidak membosankan, belajar menjadi menyenangkan, meningkatkan motivasi belajar serta memiliki daya serap tinggi dalam belajar peserta didik. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa gambar, suara, video, animasi, film atau objek lainnya.
Augment reality (AR) adalah teknologi yang memperoleh penggabungan secara real- time terhadap digital konten yang dibuat oleh komputer dengan dunia nyata. Augment reality memperbolehkan pengguna melohat objek maya 2D atau 3D yang diproyeksikan terhadap dunia nyata. Assemblr edu adalah aplikasi yang memungkinkan guru dan murid untuk membuat dan berbagi bahan belajar interaktif menggunakan teknologi Augmnet reality (AR).
Penggunaan model pembelajaran PJBL dengan media AR dalam pembelajaran ini penulis terapkan untuk mengajar di kelas V Tema 6 Panas dan Perpindahannya, Subtema 1 Suhu dan Kalor. Karena sebagian besar peserta didik masih kesulitan dalam menganalisis perbedaan suhu dan kalor.
Adapun penerapan penggunaan model PJBL dalam pembelajaran yang penulis lakukan yaitu sebagai berikut:
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (dalam Donni, 2017:216) adalah sebagai berikut:
1) Dimulai dengan pertanyaan esensial (start with the essential question)
Pertanyaan dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat mengeksplorasikan pengetahuan awal peserta didik serta memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
2) Mendesain rencana proyek (design a plan for the project)
Tahap ini guru membantu peserta didik untuk menentukan judul proyek yang sesuai dengan materi dan permasalahannya.
3) Membuat jadwal (create a schedule)
Tahap ketika guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan produk.
4) Memonitor peserta didik dan memantau perkembangan proyek (monitor the students and the progress of the project)
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan produk.
5) Menilai hasil (asess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar dan tujuan belajar.
6) Mengevaluasi pengalaman (evaluasi the experience)
Pada tahap ini, guru meminta siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Berdasarkan pengalaman penulis, penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (PJBL) dalam pembelajaran terbukti mampu meningkatkan berpikir kritis siswa yang berimbas pada meningkatnya hasil belajar peserta didik di kelas V Tema 6 Panas dan Perpindahannya, Subtema 1 Suhu dan Kalor.