Oleh: Richatun, S.Pd., guru SDN 02 Cibuyur, Kabupaten Pemalang.
UNDANG-UNDANG No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan tujuan pendidikan nasional yang berfungsi “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk mencapai tujuan itu, sekolah dasar sebagai sebuah lembaga formal dalam memberikan layanan pendidikan berperan mendorong tumbuh kembang anak, termasuk meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya dalam membaca dan menulis permulaan.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai fungsi yang strategis, yakni sebagai (1) sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) saran penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan penalaran, dan (6) sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan Indonesia (Kurikulum 2004, Departemen Pendidikan Nasional, 2003).
Penggunaan metode SAS (Struktural Analisis Sintetik) dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan di kelas awal, merupakan salah satu alternatif dalam membantu atau membimbing siswa ke arah penemuan sendiri, yaitu dengan menggunakan bantuan alat peraga/media. Pembelajaran bahasa sejak dini memang tidak dapat diabaikan begitu saja, yaitu seharusnya dimulai pada usia atau kelas awal sekolah dasar.
Pembelajaran ini merupakan sarana yang strategis sebagai awal dalam memperoleh pengetahuan tentang kata, dan kalimat selanjutnya dapat berkembang terus sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan daya nalar siswa. Metode SAS adalah suatu metode analisis sebagaimana metode kalimat dan metode kata yang mengutamakan arti, yaitu terdiri atas bentuk, susunan maupun struktur yang memiliki arti dari pada jumlah unsur-unsurnya.(Momo: 1980).
Rusyana mengemukakan, bahwa: “dalam pengajaran bahasa terpadu komponen-komponen pelaku, yaitu guru dan murid, kegiatan belajar dan mengajar, tujuan kegiatan dan alat-alat untuk melaksanakan kegiatan itu” (Rusyana, 1990: 17). Artinya, dalam proses pembelajaran bahasa perlu dilibatkan berbagai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan guru dan siswa,hasil belajar Tim Depdiknas (2003) merumuskan kompetensi dasar membaca adalah “kemampuan membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) beberapa kalimat sederhana” Sedangkan indikatornya adalah siswa mampu membaca lafal, intonasi, jeda, penekanan pada kata-kata tertentu, mengidentifikasi kata-kata kunci.
Menulis ialah menjelaskan bahasa lisan menjadi tertulis, melalui proses menyalin melahirkan pikiran / perasaan atau melukiskan lambanglambang grafik. Melalui tulisan, terjadi komunikasi antara penulis dengan pembaca. Untuk itu fungsi utama menulis adalah melakukan komunikasi secara tidak langsung kepada pembaca. kognitif, afektif, “Membaca dan menulis permulaan” bukanlah sekedar untuk dapat membaca dan menulis saja, melainkan ditujukan agar siswa dapat berkembang menjadi manusia dewasa yang mampu menggunakan kepandaian membaca dan menulis dengan tujuan menambah pengetahuan dan memperkembangkan pribadi lebih lanjut (Momo: 1980)
Sebelum siswa mampu menulis, dimulai dengan mendengarkan cerita ataupun kegiatan membaca. Sebab siswa kelas l dan 2 belum memiliki kemampuan menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikirannya secara otomatis. Menulis permulaan lebih diutamakan kepada pengenalan huruf melalui kata-kata dan kalimat fungsional.
Untuk melatih keterampilan menulis, siswa dibimbing dengan membiasakan menulis huruf secara tegak berangkai. Huruf tulis harus dilukiskan dengan huruf tulis yang tegak (berdiri 90 derajat) dan huruf-huruf pada setiap kata ditulis secara berangkai (tidak terputus). Gambar-gambar atau ilusrasi lainnya dapat membantu siswa memudahkan siswa dalam menulis selain itu, membaca berulang-ulang dari suatu wacana sangat efektif dalam memperlancar siswa menulis. Siswa termotivasi untuk menuliskan kembali kalimat demi kalimat dari teks tersebut. Selanjutnya siswa menceritakan ulang isi bacaan secara tertulis. Guru membimbing siswa menuliskan kata-kata pokok dalam setiap kalimat. Pengertian Metode SAS Metode SAS adalah sebagai metode untuk mengajarkan bahasa Indonesia khususnya Membaca Menulis Permulaan di sekolah dasar, antara lain: metode SAS dapat memenuhi tuntutan jiwa anak-anak yang mempunyai sifat dorongan ingin tahu, dapat diusahakan untuk menyajikan bahan pengajaran yang disesuaikan dengan perkembangan dan pengalaman bahasa anak, dan dengan metode SAS bahan pelajaran yang diberikan melalui pendekatan struktural (Momo, 1990: 7-10; Broto, 1980: 45)
Ada beberapa alasan mengapa metode SAS digunakan untuk mengajarkan bahasa Indonesia, khususnya MMP di Sekolah dasar, antara lain: dengan metode SAS dapat dipenuhi tuntutan jiwa anak-anak yang mempunyai sifat dorongan ingin tahu, dapat diusahakan untuk manjanjikan bahan pengajaran yang disesuaikan dengan perkembangan dan pengalaman bahasa anak, dengan metode SAS bahan pengajaran diberikan melalui pendekatan struktur (Momo, 1980: 7-10; Broto, 1980: 45).
Metode SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis permulaan dapat diimplementasikan guru dan siswa di kelas satu sekolah dasar. Pembelajaran telah lebih didominasi oleh peran aktif siswa daripada guru. Penerapan metode SAS di sekolah dasar, mampu meningkatkan aktivitas guru dan kreativitas siswa seperti tanya jawab, diskusi kelas, diskusi kelompok. Penguasaan materi, siswa betul-betul mampu menghayati materi pelajaran dengan baik sebab materi yang dikembangkan guru tidak lepas dari pengalaman keseharian siswa. Guru mampu menciptakan variasi pembelajaran yang menarik bagi siswa., bercerita, bernyanyi, bermain peran; mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam belajar dan tidak cepat bosan. Media gambar, kartu-kartu huruf, kartu-kartu kalimat, papan slip, cerita mempermudah siswa berlatih membaca dan menulis.