*Oleh: Anita Muzdalifah, S.Pd, Guru Bahasa Inggris di MTs Hidayatus Syubban, Karangroto, Genuk, Semarang, Jawa Tengah.
KEMAJUAN suatu negara tergantung pada sistem pendidikan (Sarifani & Rasto, 2017). Kurikulum merupakan pedoman bagi pendidikan di Indonesia. Kurikulum layaknya fashion yang terus berganti seiring perkembangan zaman. Kadang kita juga bertanya – tanya kenapa kurikulum terus saja berubah padahal kita baru mengenalnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengevaluasi kurikulum secara dinamis dan berkala mengikuti perkembangan zaman dan teknologi.
Kurikulum merdeka belajar merupakan salah satu kebijakan baru dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI) yang ditujukan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang inovatif dan mengikuti kebutuhan siswa (students centenred) serta memajukan pendidikan di Indonesia. Kurikulum merdeka juga mempunyai konsep yang dibutuhkan di abad 21 dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melesat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran. Didalam kurikulum merdeka terdapat capaian pembelajaran (CP). Capaian Pembelajaran merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase dimulai dari fase pondasi pada usia PAUD, pendidikan dasar dan menengah keatas. Akan tetapi pada Sekolah Luar Biasa (SLB) fase yang digunakan disesuaikan dengan keadaan mental setiap peserta didiknyaCapaian Pembelajaran disusun pada semua pelajaran termasuk pada pelajaran bahasa Inggris. Capaian Pembelajaran ini dirumuskan dalam bentuk fase bukan pertahun. Serta dipusatkan pada siswa bukan pada ketuntasan materi. Pada anak berkebutuhan khusus. Berikut fase – fase dalam capaian pembelajaran kurikulum merdeka:
Jenjang PAUD | Jenjang SD | Jenjang SMP | Jenjang SMA/SMK |
Fase pondasi (usia 5-6 tahun) | Fase A (kelas 1-2 SD) Fase B (kelas 3-4 SD) Fase C (kelas 5-6 SD) | Fase D (kelas 7-9 SMP/MTs) | Fase E (Kelas 10 SMA/SMK) Fase F (kelas 11-12 SMA/SMK) |
Bahasa Inggris di jenjang SMP/MTs di Indonesia merupakan pelajaran baru bagi setiap peserta didik dibeberapa daerah.
Oleh karena baru menjadikan pelajaran bahasa Inggris itu terasa sulit dan kurang diminati. Selain itu bahasa Inggris bukanlah bahasa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga kesadaran untuk belajar Bahasa Inggris masih sangat kurang. Padahal di era global ini bahasa Inggris menjadi bahasa yang wajib digunakan. Pembelajaran bahasa Inggris di era digital membutuhkan banyak inovasi yang berkaitan dengan keterampilan abad 21. Dimana pembelajaran tidak hanya terpaku pada guru sebagai model dan buku pendamping. Griffin & Care, E. (2015) mendefinisikan keterampilan abad 21 berdasarkan empat kategori.
Pertama, individu harus terlibat pada cara berpikir tertentu, termasuk metakognisi, mengetahui bagaimana cara membuat keputusan, terlibat dalam berpikir kritis, menjadi inovatif, dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah.
Kedua, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan mampu bekerjasama dalam sebuah tim.
Ketiga, menggunakan alat yang tepat dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk bekerja, serta memiliki literasi teknologi informasi.
Keempat, menjadi warga negara yang baik dengan berpartisipasi dalam pemerintahan, menunjukkan tanggung jawab sosial yang meliputi kesadaran berbudaya, kompeten, serta selalu mengembangkan keterampilan yang berhubungan dengan karir.
Setelah mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran bahasa inggris kemudian mengadakan wawancara dengan rekan sejawat serta kepala madrasah. Pendidik perlu merefleksi diri untuk selalu up to date dengan perkembangan zaman serta mencari tau apa yang digemari oleh peserta didik. Pendidik atau guru menggunakan model dan media pembelajaran terjangkau yang sesuai dan cocok dengan abad 21. Yang mana model pembelajaran tersebut dapat menambah motivasi belajar peserta didik. Motivasi berasal dari kata motif yakni kondisi dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu baik disadari maupun tidak untuk mencapai tujuan tertentu (Winarni, Anjariah, & Romas, 2016).
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya pendorong untuk melakukan aktivitas belajar tertentu yang berasal dari dalam diri dan juga dari luar individu sehingga menumbuhkan semangat dalam belajar (Monika & Adman, 2017). Inovasi model pembelajaran yang penulis implementasikan adalah model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL). Model pembelajaran based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends dalam abbas, 2000 : 13).
Model pembelajaran PBL juga memiliki beberapa keunggulan yaitu :
- Meningkatkan motivasi belajar siswa.
- Meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran
- Meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa
- Membiasakan siswa untuk terbiasa menggunakan keterampilan berpikirnya.
- Memfasilitasi siswa untuk meningkatkan keterampilan abad 21.
Ketika model pembelajaran PBL diimplementasikan akan menjadi pengalaman baru peserta didik yang menyenangkan dalam pembelajaran. didukung lagi dengan penggunaan TPACK berupa PPT atau video melalui LCD. Peserta didik dalam model pembelajaran PBL diberikan suatu permasalahan nyata secara berkelompok sehingga mereka dapat berpikir kritis serta menyelesaikan permasalahan yang didapat dengan diskusi dan kolaborasi dengan kelompok mereka masing – masing kemudian mereka dapat mengemukakan pendapat meskipun hanya kalimat yang sederhana.Pada model pembelajaran berbasis masalah ini perlu diperhatikan urutan sintaks sebagai berikut:
- Orientasi siswa pada masalah. Dimana guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlihat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
- Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.
- Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya.
- Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses – proses yang mereka gunakan.
Pembelajaran bahasa Inggris materi greeting card dengan menggunakan model PBL akan menstimulus para peserta didik untuk menggali lebih jauh kata – kata atau kalimat sederhana yang sering digunakan, sehingga mereka menjadi terbiasa.
HOTS merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam pembelajaran dan menjadi aspek penting pada proses belajar mengajar. Dengan kemampuan berpikir akan memberiakan dampak positif dalam proses pembelajaran. Menurut
Rusyna (2014:136), dalam keterampilan berpikir, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
- Keterampilan berpikir tidak secara otomatis dapat dimiliki oleh peserta didik;
- Keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pengajaran suatu bidang studi;
- Pada kenyataannya peserta didik jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing; dan
- Pengajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik (student centered).
Dalam taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl, terdapat tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking. Ketiga aspek tersebut yaitu aspek analisa, aspek evaluasi, dan aspek mencipta. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan berpikir tingkat tinggi bukan hanya sekedar menghafal dan mengidentifikasi, namun kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan untuk memutuskan suatu keputusan atau memecahkan suatu permasalahan baru didasari dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
Pada pembelajaran bahasa inggris di materi greeting card ini, penulis menggunakan aspek taksonomi Bloom membandingkan, menganalisis serta mempresentasikan melalui windows shopping. Diharapkan dengan menggunakan taksonomi Bloom yang HOTS dapat menumbuhkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih kritis dan kreatif.
Greeting card atau kartu ucapan adalah salah satu materi pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII SMP/ MTs. Greeting cards masih dihadirkan secara sederhana dengan menggunakan kata yang mudah dipahami dan ditemukan peserta didik.
Melalui pembelajaran greeting cards peserta didik diharapkan memahami dan mampu menganalisis stuktur bahasanya sehingga peserta didik akhirnya dapat merancang atau mencipta sendiri greeting cards yang diperlukan menggunakan bahasa Inggris yang sederhana.
Pembelajaran bahasa Inggris pada materi greeting card menggunakan model Problem Based Learning berdampak positif bagi peserta didik. peserta didik tidak malu malu lagi mengungkapkan pendapat mereka. Peserta didik mulai memperhatikan pelajaran dengan baik. Pada peserta didik juga mulai tumbuh pola berpikir tingkat tinggi / HOTS dalam menjawab pertanyaan dan berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan yang ditemukan. Sehingga apabila pembelajaran menggunakan model PBL diimplementasikan pada materi pelajaran bahasa inggris yang lain dapat menambah dan meningkatkan cara berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Daftar Pustaka:
- Suratno, Kamid , Yulita Sinabang . 2020. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa E-ISSN : 2716-375X, P- ISSN : 2716-3768
- T Mayasari, A Kadarohman, Dadi Rusdiana dan Ida Kaniawati. 2016. Model Pembelajaran Based Learning Dan Project Based Learning Mampu Melatihkan Keterampilan Abad 21.
- http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JPFK/article/view/24
- Maman Suryaman.2020.Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar. E-ISBN : 978-602- 5830-27-3
- Surat Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Assemen Pendidikan Kemendikbudristek Nomor: /008/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran Pada PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah pada Kurikulum Merdeka.
Glosarium:
- PBL : Model pembelajaran berbasis masalah, memecahakan suatu masalah.
- HOTS : Kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif dan kemampuan berpikir kreatif.
- Implementasi : Penerapan, penggunaan, pelaksanaan.
- Jenjang : Tingkat – tingkat yang beraturan dari bawah keatas, atau tahapan.