*OLEH: Annisa Ulinnuha, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 2 Cilacap
MENGHIDUPKAN kembali suasana belajar di kelas tentunya menjadi sebuah PR tersendiri untuk pendidik setelah pandemi Covid-19 berakhir. Setelah hampir dua tahun peserta didik belajar melalui vcon atau secara virtual dengan menggunakan HP, situasi pembelajaran di kelas tentunya berbeda dari biasanya.
Meskipun sekarang peserta didik sudah kembali belajar di sekolah dan berinterksi langsung dengan pendidik dan teman-temannya, rupanya peserta didik tetap tidak terlepas dari penggunaan HP.
Ada dampak yang ditimbulkan dari seringnya menggunakan HP, salah satunya peserta didik dalam pembelajaran sering tidak fokus, mencari jawaban dari soal yang diberikan pendidik dengan internet, atau hanya sekadar untuk bermain saja.
Selain itu, peserta didik juga jadi kurang aktif ketika diminta untuk mengutarakan pendapat saat berdiskusi.
Menurut Armai Arief (2002 : 145) diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving). Kemampuan berbicara tentunya sangat mempengaruhi keberhasilan berdiskusi.
Saat ini, pendidik harus sudah mulai memiliki inovasi-inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman, sehingga pendidik sebisa mungkin dapat memanfaatkan teknologi dan internet untuk memudahkan proses belajar mengajar.
Terdapat salah satu model pembelajaran yang bisa meningkatkan minat diskusi dalam pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model yang terdiri dari tim- tim belajar heterogen, beranggotakan 4-6 peserta didik, setiap peserta didik bertanggung jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar dan harus mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lainnya (Trianto, 2007:56)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, setiap peserta didik diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menguasai suatu topik tertentu, yang kemudian akan mereka bagikan kepada anggota kelompok lain.
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah peserta didik fokus pada sub materi tertentu, peserta didik lebih banyak berinteraksi dan berkomunikasi dengan peserta didik lainnya ketika berdiskusi, peserta didik paham dan percaya diri akan materi yang sudah dipelajari, serta semua peserta didik dapat terlibat aktif dalam kegiatan berdiskusi sehingga mengurangi risiko ketergantungan dengan salah satu atau dua anggota kelompok saja.
Di sisi lain, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga memiliki kelemahan, diantaranya pendidik perlu mengondisikan peserta didik supaya kegiatan diskusi berjalan lancar dan tidak terlalu berisik agar tidak mengganggu kelas lain.
Menurut Rusman (2012: 218) langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yakni:
- Peserta didik dikelompokkan dengan anggota kurang lebih 4-5 orang,
- Tiap orang dalam tim diberikan materi atau tugas yang berbeda,
- Anggota dalam tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli),
- Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub bab yang mereka kuasai,
- Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi,
- Pembahasan,
- Penutup.
Pada saat kegiatan berdiskusi dengan kelompok ahli, peserta didik bisa diminta untuk menggali informasi dari berbagai sumber, salah satunya HP dan internet sebagai alat untuk menunjang pembelajaran.
Setelah menemukan informasi, peserta didik dapat mendiskusikannya bersama untuk dipelajari dan dipahami sebelum mereka kembali kepada kelompok asal.
Di sini peserta didik akan menemukan pengalaman baru yang menarik dalam berdiskusi. Selain mereka mempelajari materi, mereka juga bisa sambil berlatih berbicara di depan teman-temannya.
Hal tersebut tentunya bisa membuat kegiatan diskusi tidak monoton dan tidak hanya bergantung pada beberapa orang saja.
Daftar Pustaka:
- Rusman. 2012. Model-model pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
- Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka