Oleh : Putri Kurnia, S.Pd, Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa SMK Negeri 2 Cilacap, Kabupaten Cilacap
Kebudayaan sastra berupa lisan merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia. Dalam sastra lisan, yang disebut juga sastra tutur, terdapat tradisi dan nilai- nilai asli rakyat Indonesia yang belum terkontaminasi budaya asing.
Kebudayaan sastra berupa lisan dimaksudkan sebagai sastra yang hidup secara lisan, yaitu sastra yang tersebar dalam bentuk tidak tertulis, disampaikan dengan cara lisan dari generasi kegenerasi. Ciri lain dari sastra lisan ialah ketradisiannya.
Di Provinsi Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Cilacap, terdapat berbagai macam sastra lisan yang merupakan bagian dari karya sastra nasional. Jenis sastra lisan yang tumbuh dan masih hidup sampai sekarang antara lain adalah cerita rakyat. Salah satu sastra lisan yang berkembang di Kabupaten Cilacap yaitu cerita rakyat asal mula kali Serayu yang jika dicermati banyak mengandung nilai-nilai luhur yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
Tidak semua generasi muda di era sekarang mengetahui cerita rakyat tentang asal mula kali Serayu di Kabupaten Cilacap . Ini dikarenakan adanya perkembangan zaman yang semakin hari semakin melupakan tradisi yang ada. Para generasi muda di era sekarang lebih tertarik pada cerita cerita dari negara tetangga, misalnya drama Korea sehingga para generasi muda dijaman sekarang tidak menaruh perhatian lebih terhadap sastra lisan yang terdapat di daerahnya sendiri.
Hal ini disebabkan ketidakadaannya penerus dan kemauan mengenal cerita-cerita yang mengandung nilai-nilai luhur kehidupan. Menurut Lickona (2013) menjelaskan bahwa nilai pendidikan karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Selain ketiga unsur pokok pendidikan karakter, Lickona (2013) mengatakan bahwa ada dua nilai moral dasar yang harus diberikan yaitu rasa hormat dan rasa tanggung jawab.
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik dan melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan. Itu artinya, pendidikan karakter tidak hanya berhenti pada wawasan anak didik tahu dan paham tentang karakter- karakter mulia (kognitif), tetapi hendaknya membuat peserta didik memiliki komitmen kuat pada nilai- nilai karakter (afektif), dan selanjutnya peserta didik terdorong untuk mengaktualisasi nilai-nilai yang telah menjadi milik mereka itu dalam tindak dan laku kehidupan sehari- hari (psikomotorik).
Nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam cerita rakyat asal mula kali Serayu merupakan nilai pendidikan karakter yang sangat dekat dengan kehidupan dan sangat baik jika ditanamkan sejak dini kepada anak-anak terutama peserta didik.
Selain itu, nilai pendidikan yang terkandung di dalam cerita rakyat asal mula kali Serayu merupakan nilai luhur yang diturunkan guna membangun karakter yang lebih baik lagi. Secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat asal mula kali Serayu sangatlah baik untuk membentuk karakter peserta didik sejak dini.
Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat asal mula kali Serayu dapat memberikan sumbangsi pada era saat ini dikarenakan nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam cerita rakyat asal mula kali Serayu merupakan nilai pendidikan yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga sangat cocok untuk ditanamkan pada diri.
Adapun nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita rakyat asal mula kali Serayu yaitu, nilai keberanian, sikap saling membutuhkan, sikap disiplin diri, penghormatan kepada diri sendiri, sikap adil, peduli sesama, saling melindungi, sikap hormat kepada orang lain, sikap musyawarah, dan sikap gotong royong.
DAFTAR PUSTAKA
Lickona, Thomas. 2013. Education for Character : Mendidik untuk Membentuk Karakter (Terjemahan Juma Abdu Wamaungo). New York: CA
Perpustakaan Daerah Kabupaten Cilacap