*Oleh: Tri Hartati, S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 4 Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
PEMBUATAN artikel ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik kelas VIII C pada hasil PTS 1 tahun pelajaran 2021/2022. Hasil belajar peserta didik pada PTS 1 2021/2022 kelas VIII C yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 14 dari 33 peserta didik atau ketercapaian ketuntasan baru 42,42 %. Capaian ini masih jauh dari prestasi yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena pemahaman peserta didik terhadap materi Matematika masih rendah dan kurangnya motivasi belajar Peserta didik hal ini dapat dilhat pada saat kegiatan pembelajaran peserta didik cenderung merasa bosan, pasif dan tidak antusias untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan dalam pembelajaran.
Menurut kajian literatur dan hasil wawancara dengan pakar, guru senior, teman sejawat, hal itu terjadi karena guru dalam kegiatan pembelajaran cenderung lebih senang menggunakan metode konvensional ceramah dimana informasi didominasi oleh guru. Padahal cara pembelajaran yang baik yaitu peserta didik memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya (student centered) yang dapat digunakan untuk menjawab tantangan abad 21. kegiatan pembelajaran sebaiknya dirancang dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik . Peran guru hanya sebagai fasilitator, mengelola pembelajaran, teman belajar, tutor belajar, dan membimbing peserta didik belajar. Menurut Luh Gde Sri Agustini (2020), kelemahan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) adalah tidak menyentuh ranah dimensi didik itu sendiri serta tidak memberi akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Keadaan demikian menyebabkan pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik hanya bertahan sebentar saja diingatan mereka, sehingga ketika peserta didik dihadapkan pada ujian maupun penilaian harian, peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat.
Dengan adanya kondisi tersebut, perlu dilakukan perubahan dalam pembelajaran. Dalam keseluruh kegiatan pembelajaran, model dan metode pembelajaran memegang peranan penting. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat sangat menentukan hasil belajar peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapka adalah model Problem Based Learning dengan pendekatan TPACK dan 4C. Savery & Duffy sebagaimana dikutip oleh Setiawan et al.(2012: 74) mengemukakan problem based learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran berpusat pada peserta didik yang menekankan pemecahan masalah kompleks dalam konteks yang nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Arends (2009: 102) yang menyatakan bahwa model pembelajaran PBL dirancang terutama untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah, mempelajari peran autentik orang dewasa, dan menjadi pembelajar yang mandiri. Teori Vygotsky mendukung model Problem Based Learning (PBL) karena model Problem Based Learning (PBL) dapat dipandang sebagai salah satu model pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk bekerja secara berkelompok dalam merumuskan pemecahan masalah dari permasalahan yang dihadapi peserta didik (Arends, 2009: 105). Berdasarkan penelitian Andra Irawan (2015) pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika.
Sedangkan Pendekatan TPACK merupakan pendekatan yang dikembangkan dari pendekatan Pedagogy Content Knowledge PCK yang pertama kali dikenalkan oleh Shulman pada tahun 1986 Namun pendekatan PCK tidak sekedar irisan atau gabungan pengetahuan tentang pedagogik dan penguasaan materi namun diperkuat oleh pengalaman guru. TPACK merupakan kerangka pengintegrasian teknologi ke dalam proses pembelajaran yang melibatkan paket-paket pengatahuan tentang teknologi, materi, dan proses atau strategi pembelajaran. Paket-paket pengetahuan bersinggungan menghasilkan irisan- irisan menjadi paket pengetahuan baru
Berdasarkan uraian di atas, tantangan yang dihadapi selanjutnya adalah mengembangkan perangkat pembelajaran dan menerapkan pembelajaran yang inovatif Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan TPACK dan 4C untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII C Tahun Ajaran 2021/2022 pada Materi SPLDV dengan Metode Subtitusi
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran antara lain melakukan kajian literatur terhadap jurnal maupun buku. Selanjutnya melakukan wawancara terkait model pembelajaran yang inovatif. Kemudian melakukan penerapan perangkat pembelajaran pada kelas VIII C. Selama proses pembelajaran, data hasil belajar peserta didik dikumpulkan. Setelah data terkumpul selanjutnya melakukan analisis data.
Adapun langkah dalam model Problem Based Learning ini yaitu di awal pembelajaran peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok peserta didik mengamati video dan contoh gambar yang dibuat oleh guru dengan menggunakan media powerpoint kemudian dari contoh tersebut peserta didik bisa mengetahui manfaat mempelajari SPLDV dan cara penyelesaian masalah kontekstual terkait SPLDV dengan metode subtitusi. Langkah selanjutnya peserta didik diberikan LKPD Lembar Kerja Peserta Didik dari guru dan mengerjakan soal LKPD dengan berdiskusi dengan teman kelompoknya. Setelah selesai peserta didik menyajikan hasil diskusi mereka dengan presentasi di depan kelas Keaktifan peserta didik dalam kelas terjadi karena ada tanya jawab dan peserta didik dari kelompok lain menanggapi. Mereka mampu menentukan penyelesaian SPLDV dengan metode subtitusi dengan semangat dan Lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik mulai percaya diri saat menjawab soal evaluasi dari guru dan peserta didik mulai terbiasa bertanya, Peserta didik mampu berperan aktif dan guru harus mampu memberikan apresiasi lebih sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif dan sesuai yang diharapkan. Dampak dari peserta didik yang aktif menyebabkan peserta didik lebih memahami materi pelajaran matematika. Ketika pemahaman peserta didik menjadi lebih baik maka rata-rata hasil belajar pengetahuan peserta didik berdasarkan hasil pretest dan posttest mengalami peningkatan.
Ketika melakukan pretest, dari jumlah 33 anak, tidak ada peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM. Sedangkan peserta didik yang tuntas KKM ketika melakukan postest adalah 30 peserta didik dan 3 peserta didik tidak mencapai ketuntasan. Selanjutnya berdasarkan uji Gain terhadap rata-rata nilai pretest dan posttest diperoleh gain sebesar 76% atau 0,8 yang menunjukkan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model Pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan TPACK dan 4C pada Materi SPLDV dengan Metode Subtitusi pada kelas VIII C SMP Negeri 4 Kroya tahun pelajaran 2021/2022 dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan TPACK dan 4C dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, kemudian peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran dan termotivasi belajar di dalam proses pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Andra Irawan. 2015. Upaya Meningkatkam Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Laerning Pada Siswa Kelas VIII A SMP N 2 Pajangana. Skripsi thesis, Universitas PGRI Yogyakarta. Tersedia di http://repository.upy.ac.id/497/ [diakses 10-11-2021]
Arends, R.I. 2009. Learning to Teach (9thed.). Translated by Soetjipto, H.P & Soetjipto,S.M. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Savery, J.R. 2006. Overview of Problem-Based Learning: Definitions and distinctions. Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, 1(1): 9-20. Tersedia di http://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/vol1/iss1/3/ [diakses 10-11-2021].
TPACK dalam pembelajaran, https://hermananis.com/tpack-dalam-pembelajaran/ [diakses 12-11-2021].