SEMARANG, Lingkarjateng.id – Pendidikan bukan cuma pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar. Tapi juga soal memperluas pengetahuan dan menyerap ilmu kehidupan. Rasa syukur terus terucap dari gadis asal Semarang, ketika mengingat perjuangan pascawisuda. Sebelumnya, dia sama seperti kebanyakan orang yang memimpikan bekerja di ruangan ber-AC dengan gaji fantastis.
Namun pandemi Covid-19 yang melanda pada 2020 lalu, mengajarkannya untuk lebih memaknai arti perjuangan. Dialah Rohedy Ayucandra Farizi Jodisaputra. “Waktu lulus, kepikiran gimana cara mengisi waktu sambil cari kerja. Kebetulan aku merasa bisa masak, nggak nol banget keahliannya,” ujar Agiel, sapaan akrab dara kelahiran Juli 1997 itu.
Bersama sang kakak, dia mulai merintis bisnis katering dengan brand Dapur Kolosal. Mereka menjajakan masakan ala rumahan dengan porsi besar. Lengkap mulai dari nasi, lauk-pauk, sayur hingga buah. Namun masalah harga tetap terjangkau.
Kisah Sukses Pengusaha Kerupuk di Jepara, Segini Omzetnya dalam Sehari
Agar berbeda dari yang lain, mereka selalu mengganti menunya setiap hari. Ide itu berbuah manis. Pelanggan mulai berdatangan untuk memesan katering Dapur Kolosal. Mulai dari perseorangan hingga borongan untuk acara besar.
“Banyak yang pesan untuk Jumat Berkah. Dan sebetulnya gelombang kedua Covid-19 kemarin lumayan membawa berkah untuk kami. Karena banyak yang isoman (isolasi mandiri) jadi butuh solusi untuk makan,” ungkapnya.
Setiap bulan, lanjutnya, Dapur Kolosal mendapatkan omzet hingga jutaan rupiah. Tak ingin berpuas diri, Agiel dan kakaknya terus berinovasi dalam menu dan strategi pemasaran. “Selama kuliah aku diajarin basic marketing. Setelah praktik ternyata banyak yang belum dipelajari di kuliah,” kata gadis lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro.
Mengenal Noviyanti, Sukses Buka Usaha Kue Balok Nop
Ketika ditanya kesulitan yang dihadapi, dia menghela nafas. Agiel bercerita salah satu yang menjadi tantangannya yakni bermitra dengan keluarga sendiri. Seringkali perbedaan pendapat mewarnai hari-hari mereka dalam menjalankan bisnis.
Terlebih saat itu, mereka hanya berdua dalam menjalankan roda Dapur Kolosal. Mulai dari berbelanja, memasak, mempromosikan di media sosial, hingga menjadi kurir dilakukan berdua hingga hitungan bulan.
Di samping itu, saat awal merintis usaha Agiel mengaku ada rasa malu untuk menjajakan dagangan ke teman-temannya. Dia takut dianggap terlalu mengganggu ketika terus-menerus mempromosikan dagangannya.
Seiring berjalannya waktu, dia banyak melihat konten-konten inspiratif seputar berbisnis di media sosial. Satu dari sekian banyak yang diingatnya yakni jangan pernah malu untuk menawarkan dagangan. Sebab itulah satu-satunya cara ketika seseorang memutuskan untuk menjadi pebisnis.
“Itu kan rezekinya halal. Nggak papa kalau ditolak orang, itu terserah konsumen. Tapi kita sebagai pedagang tugasnya seperti itu. Sekarang udah nggak malu lagi,” jelasnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)