Lingkarjateng.id – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) atau yang dikenal dengan Foot and Mouth Disease (FMD) kini tengah menyerang hewan ternak di sejumlah wilayah Indonesia. Pada awal Mei 2022, Kementerian Pertanian (Kementan) secara resmi menetapkan sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh dan Jawa Timur sebagai daerah yang terdampak PMK ini.
Berikut Lingkarjateng.id rangkum untuk Anda gejala, cara mencegah dan mengobati PMK pada hewan ternak.
1. Mengenal PMK
Wabah PMK di Indonesia terjadi sejak dua abad lalu, tepatnya pada tahun 1887 silam. Waktu itu, wabah PMK muncul melalui sapi yang diimpor dari Belanda. Wabah PMK terakhir dihadapi Indonesia pada tahun 1983 yang berhasil diberantas melalui vaksinasi. Di tahun 1986 Indonesia benar-benar dinyatakan sebagai negara bebas PMK. Namun, sekarang Indonesia kembali dilanda PMK.
PMK merupakan penyakit yang berasal dari virus tipe A dari famili Picornaviridae, genus Apthovirus yaitu Apthae Epizootica. Ada 7 serotipe utama PMK, yakni O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asia 1. Serotipe 1 merupakan serotipe yang paling umum terjadi di dunia. Serotipe O sendiri bertanggung jawab untuk epidemi di Asia yang dimulai tahun 1990. Sedangkan serotipe C jarang terjadi dan belum dilaporkan usai tahun 2004.
Beberapa serotipe PMK lebih bervariasi, namun secara kolektif mengandung lebih dari 60 strain dan strain baru kadang-kadang bisa muncul. Sementara itu, sebagian besar strain dapat mempengaruhi semua spesies inang rentan.
Cegah PMK di Demak, Peternak Diimbau Jaga Kebersihan Kandang dan Hewan
Kekebalan terhadap satu serotipe PMK, tidak dapat melindungi hewan dari serotipe lainnya. Adapun perlindungan dari strain lain dalam serotipe, bervariasi bergantung dari kesamaan antigenik.
2. Penularan PMK
Dikutip dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, masa inkubasi dari penyakit ini adalah 1-14 hari, sejak hewan tertular penyakit hingga timbul gejala penyakit. Virus ini menyerang hewan ternak seperti sapi, babi, kambing, domba, unta, rusa dan hewan kuku belah lainnya. Hewan lain yang rentan terhadap penyakit ini adalah gajah, capybara, tikus, landak dan armadillo, namun PMK tidak menyerang kuda.
Dilansir dari Badan karantina Pertanian Kementerian Pertanian, PMK disebabkan oleh kontak langsung seperti saat hewan sehat menyentuh, menggosok dan menjilat hewan yang sakit. Selain itu, PMK dapat menyebar secara aerosol tergantung dari suhu lingkungan dan kelembapan.
Ternak juga dapat terinfeksi PMK dari makanan atau pakan yang telah terkontaminasi atau melalui kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi (fomites).
3. Gejala Hewan yang Terindikasi PMK
Hewan ternak yang terindikasi PMK dalam bogorkab.go.id, seperti sapi biasanya mengalami demam 41 derajat Celcius, menggigil, tidak nafsu makan/anorexia, penurunan produksi susu yang drastis pada sapi perah, suka menendangkan kaki, menggosokkan bibir dan setelah 24 jam vesikula pecah. Untuk penyembuhan sapi biasanya memakan waktu 8-15 hari.
Taj Yasin Imbau Warga Segera Lapor Jika Ternaknya Ada Indikasi PMK
Gejala pada hewan ternak domba dan kambing biasanya ditandai dengan lesi kurang terlihat, hipersaliva dan kematian hewan muda. Sedangkan pada babi, lesi atau kerusakan jaringan berupa vesikula atau lepuh pada lidah, sela gigi, gusi, pipi, palatum mole dan palatum durum, bibir, nostril, moncong, cincin koroner dan puting.
Daging hewan ternak yang terindikasi PMK masih bisa dikonsumsi, kecuali bagian mulut, jeroan dan bibir.
4. Pengobatan Hewan yang Mengalami PMK
Hewan yang telah terinfeksi virus, dapat dilakukan pengobatan. Adapun pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
- Melakukan pemotongan jaringan tubuh hewan yang terinfeksi.
- Kaki yang sudah terinfeksi bisa diterapi menggunakan chloramphenicol/larutan cupri sulfat.
- Melakukan injeksi intravena preparat sulfadimidine.
- Dipisahkan dari hewan yang sehat selama masa pengobatan.
5. Pencegahan Ternak dari PMK
Untuk mencegah PMK, Anda dapat menggunakan 2 prosedur, yakni dengan cara biosekuriti dan medis.
Pencegahan dengan cara biosekuriti diantaranya:
- Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan, pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans.
- Pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh dan hewan-hewan yang kemungkinan kontak dengan agen PMK.
- Melakukan karantina (dibuat tempat sendiri) agar tidak menyebar.
- Memusnahkan bangkai, sampah dan semua produk hewan pada area yang terinfeksi.
- Desinfeksi aset dan semua material yang terinfeksi.
Pencegahan dengan cara medis, diantaranya:
- Untuk daerah tertular, berikan vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan.
- Untuk daerah bebas, lakukan pengawasan ketat lalu lintas ternak dan larang pemasukan ternak dari daerah yang tertular.
Demikianlah, gejala, cara mengobati dan mencegah penyebaran PMK. Semoga informasi ini dapat membantu Anda. (Lingkar Network | Jazilatul Khofshoh – Lingkarjateng.id)
Sumber Referensi:
Srimulyati, Ai. (2017). Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok: Waspadai Penyakit Mulut dan Kuku, Penyebarannya Sangat Cepat! Diakses pada 19 Mei 2022, dari http://tanjungpriok.karantina.pertanian.go.id/?waspadai_penyakit_mulut_dan_kuku__penyebarannya_sangat_cepat!&tab=tulisan&id=86
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. (2022). Penyakit Mulut dan kuku pada Hewan Ternak Ruminansia. Diakses pada 15 Mei 2022, dari http://dkpp.jabarprov.go.id/post/694/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-hewan-ternak-ruminansia
Pemerintah Kabupaten Bogor. (2019). Mengenal Bahaya Penyakit Mulut dan Kuku. Diakses pada 19 Mei 2022, dari https://bogorkab.go.id/post/detail/mengenal-bahaya-penyakit-mulut-dan-kuku
United States Animal Health Association. (2008). Foreign Animal Disease. Canada: Boca Publications Group, Inc.