Semarang, LINGKAR – Pemerintah Kota Semarang meluncurkan program Kempling Semar (Ketahanan Pangan Keliling Semarang) sebagai langkah konkret dalam menjaga stabilitas harga pangan pokok di masyarakat.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Pemkot Semarang dan Bank Indonesia dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, dalam peluncuran program pada Jumat (11/7), menjelaskan bahwa delapan unit mobil Kempling Semar akan beroperasi setiap hari hingga akhir 2025. Setiap hari, kendaraan ini akan menyasar empat titik RW berbeda yang dianggap rawan fluktuasi harga pangan.
“Ada delapan mobil, mereka akan berputar hingga akhir tahun. Setiap harinya menyasar empat titik, untuk menjaga stabilitas harga supaya tidak fluktuatif,” ujar Agustina.
Ia menyatakan bahwa program ini berbasis data dan pengawasan harga di lapangan. Jika ditemukan lonjakan harga di suatu wilayah pada malam hari, mobil pangan akan dikirim ke lokasi tersebut keesokan paginya untuk menstabilkan harga melalui intervensi distribusi.
“Kalau malam terpantau harga tinggi di satu lokasi, besok paginya langsung kami datangi. Kalau sudah stabil, malamnya kami pantau lagi titik lainnya,” jelasnya.
Kehadiran Kempling Semar juga berfungsi sebagai operasi pasar harian yang menghadirkan kompetisi harga secara langsung. Jika terdapat pedagang yang menjual bahan pokok terlalu mahal, maka mobil pangan akan hadir dengan harga yang lebih rendah untuk mempengaruhi mekanisme pasar.
“Misalnya ada yang jual beras terlalu mahal di satu titik, maka kami hadir di dekat situ dengan harga yang lebih rendah,” tambah Agustina.
Ia menegaskan bahwa program ini bukan sekadar seremoni, melainkan pengawasan aktif terhadap harga riil di masyarakat. Apalagi, menurutnya, inflasi di Kota Semarang masih di atas rata-rata nasional dan perlu segera ditekan.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Andi Reina Sari, mengapresiasi sinergi antara BI dan Pemkot Semarang dalam menjaga stabilitas harga pangan. Ia menyebutkan, inflasi tahunan Kota Semarang per Juni 2025 tercatat sebesar 2,18 persen (year on year).
“Meski lebih rendah dari rata-rata Provinsi Jateng, angka tersebut masih di atas nasional. Penyumbang utama inflasi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau,” ujar Andi.
Ia menyebut kelompok tersebut sangat sensitif terhadap berbagai faktor seperti cuaca, distribusi, dan isu-isu sosial, sehingga perlu perhatian khusus. Dengan adanya Kempling Semar, distribusi pangan bisa lebih dekat ke wilayah yang rawan inflasi.
“Mobil pangan keliling ini selain menjadi alat distribusi, juga menegaskan bahwa pemerintah hadir menjaga kesejahteraan masyarakat melalui inflasi yang terkendali,” pungkasnya.
Jurnalis : ant/Rizky S
Editor : Anas M

































