JEPARA, Lingkarjateng.id – Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) Kabupaten Jepara mengharapkan ada pabrik pengolahan garam untuk industry mengingat produksi garam yang melimpah.
Anggota KUGAR Jepara, Sokhib, mengatakan terdapat 500 petambak garam di Kecamatan Kedung, yang tersebar di Desa Tanggultlare, Bulak Baru, Panggung, Surodadi, Kalianyar, Kedung Malang, dengan total luas lahan sekitar 600 hektare.
“Total garam yang dihasilkan per musim mencapai sekitar 60.000 ton. Satu petak sekali panen bisa 1 ton, per musim yaitu rentang waktu bulan Mei-Oktober bisa panen sampai 10 kali. Rata-rata petambak punya lahan 1 hektare dan per musimnya bisa menghasilkan 100 ton garam,” bebernya.
Sokhib mengungkapkan di Kabupaten Jepara baru ada 1 home industry pengolahan garam untuk konsumsi. Home industry tersebut, kata dia, tidak bisa menyerap semua hasil para petambak di Kecamatan Kedung.
“Hanya sebagian saja, kebanyakan dijual ke Sumatra, Pati, Rembang, atau ke para tengkulak,” ucapnya.
Oleh karena itu ia berharap ada pabrik pengolahan garam untuk industri seperti kesehatan dan lainnya, sehingga kesejahteraan para petambak garam dapat terjamin.
Sokhib menjelaskan, untuk menembus garam industri, kandungan NaCl dalam produk garam harus berada di angka 97 persen sedangkan produksi di Jepara masih 95 persen.
“Kandungan NaCl produksi para petambak saat ini hanya sampai 95 persen. Namun kami bisa tingkatkan kandungan NaCl itu jika ada pembeli yang menginginkan. Sebagaian para petambak masih ada yang membuat garam dengan kandungan NaCl mencapai 97 persen. Namun karena harganya tidak jauh berbeda dari yang kandungannya 95 persen, para petambak memilih membuat garam yang kandungan NaCl di angka 95 persen. Karena selain lebih mudah dalam pembuatan juga lebih mudah dalam pemasaran,” terangnya.
Adapun sektor industri yang membutuhkan garam sebagai bahan baku dan bahan penolong industri, di antaranya, chlor alkali plant (cap), aneka pangan, farmasi dan kosmetik, water treatment, penyamakan kulit, pakan ternak, sabun dan deterjen, pertambangan, serta tekstil dan lainnya.
Sementara itu Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Jepara, Eriza Rudy Yulianto menyampaikan bahwa DPMPTSP Jepara berperan aktif dalam mempromosikan peluang investasi industrialisasi garam.
Di antaranya dengan menyusun dokumen kajian peluang investasi garam bersama dengan Bappeda dan Dinas Perikanan pada tahun 2022. Kajian investasi tersebut, kata dia, telah diikutsertakan dalam Investment Challenge yang diselenggarakan oleh Kerisjateng Bank Indonesia dan mendapatkan penghargaan pada tahun 2022.
Selanjutnya, melalui kegiatan One on One Meeting pada acara Central Java Investment Business Forum (CJIBF) yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya.
“Industrialisasi garam di Kabupaten Jepara masih menjadi peluang investasi unggulan yang ditawarkan langsung ke calon investor,” kata Eriza.
Pihaknya berharap dengan terwujudnya industrialisasi garam di Kabupaten Jepara dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara di sektor perikanan, dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat petambak garam.
Jurnalis: Tomi Budianto
Editor: Ulfa Puspa
































