REMBANG, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang kehilangan potensi pendapatan asli daerah (PAD) Rp 1,6 miliar per bulan imbas penghentian sementara operasional pabrik PT Semen Gresik di Kecamatan Gunem sejak 1 Juni 2025 lalu.
Kabid Pendapatan pada Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Rembang, Sumarni, mengatakan bahwa pihaknya mencatat tak ada lagi setoran pajak dari sektor mineral bukan logam dan batuan (MBLB) usai pabrik PT Semen Gresik di Kecamatan Gunem menghentikan aktivitas produksi.
Menurutnya, PT Semen Gresik menyumbang PAD rata-rata Rp 1,6 miliar setiap bulan. Artinya, dalam setahun PAD yang disetorkan pabrik semen tersebut mencapai Rp 19,2 miliar.
“Kehilangan potensi pendapatan satu bulan itu sekitar Rp 1,6 miliar, kali 8 bulan yang akan datang,” katanya saat ditemui di kantornya pada Senin, 16 Juni 2025.
Sumarni mengungkapkan bahwa PT Semen Gresik tercatat menyetor pajak terakhir kali pada April lalu untuk aktivitas produksi bulan Maret.
Jika penghentian operasi terus berlanjut, tahun ini Pemkab Rembang terancam kehilangan PAD sekitar Rp 12,8 miliar karena tak ada setoran pajak dari PT Semen Gresik selama 8 bulan.
Sementara itu, Bupati Rembang, Harno, mengaku sudah memfasilitasi pertemuan antara pihak PT Semen Gresik dan Pemerintah Desa (Pemdes) Tegaldowo. Namun, upaya tersebut belum menghasilkan solusi terbaik.
Berdasarkan pertemuannya dengan pihak PT Semen Gresik sebelum tanggal 1 Juni, Harno menyebut perusahaan belum menemukan titik temu dengan Pemdes Tegaldowo yang melakukan blokade jalan menuju tambang.
Akibatnya, kata dia, karena suplai bahan baku terhambat, perusahaan mengalami kerugian dan akhirnya memilih menghentikan produksi.
“Sudah memberi solusi, mengundang pihak semen sudah, mengundang pihak desa sudah, semuanya sudah saya laksanakan. Saya sebatas melaksanakan kewajiban saya untuk menjadi penengah mencari solusi yang terbaik,” katanya.
Harno juga mengaku sudah melakukan berbagai upaya agar PT Semen Gresik bisa meneruskan aktivitas produksi sehingga masyarakat dapat bekerja dan ada setoran pajak ke daerah.
Terlebih, ia menilai mandeknya operasional pabrik semen bukan hanya menggerus pendapatan daerah, tetapi juga berisiko menimbulkan dampak terhadap iklim investasi di Rembang.
“Saya sudah berusaha mengganduli, di sisi lain pemdes juga masih berkukuh. Yang jelas saya sudah berupaya untuk mengamankan semuanya, PAD masuk, terus masyarakat bisa bekerja, semuanya bisa mendapatkan kebaikan tersebut,” pungkasnya.
Jurnalis: Vicky Rio
Editor: Rosyid