JEPARA, Lingkarjateng.id – Masyarakat antusias menyaksikan prosesi kirab budaya pelarungan kepala kerbau dalam Pesta Lomban Festival Kupat Lepet Kabupaten Jepara di TPI Ujungbatu pada Senin, 7 April 2025. Tampak masyarakat Jepara tumpah ruah di lokasi acara tersebut.
Bupati Jepara, Witiarso Utomo, saat membuka acara pesta lomban mengatakan bahwa larungan merupakan tradisi masyarakat Jepara untuk mengucap rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT.
“Larungan ini adalah sebuah tradisi, dan kita tetep memohon kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, untuk segala rezeki, keselamatan, dan hidayahnya, bukan kepada laut,” kata Bupati Jepara yang akrab disapa Wiwit itu.
Ia menegaskan larungan adalah warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan di Jepara.
Pasalnya, tradisi larungan menjadi sarana untuk menjaga silaturahmi, kerukunan, bersedekah, dan bersyukur kepada Allah SWT.
Ia berharap dengan diselenggarakannya larungan akan dapat membawa berkah bagi masyarakat Kabupaten Jepara, khususnya yang bekerja sebagai nelayan dalam mencari nafkah di laut.
“Mudah-mudahan tahun depan kita bisa mengadakan (tradisi larungan) dengan EO yang lebih baik, marketing yang lebih baik, pelaksanaan yang lebih baik, sehingga harapan kami ini akan mendorong pariwisata kita,” ujarnya.
Usai pembukaan, Bupati Jepara bersama jajarannya dan masyarakat kemudian menaiki kapal untuk melarung kepala kerbau ke tengah laut.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara, Moh Eko Udyyono, menjelaskan bahwa rangkaian pesta lomban dimulai dari Minggu pagi, 6 April 2025 dengan penyembelihan hewan kerbau di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Ujungbatu. Kemudian dilanjutkan dengan ziarah ke dua makam sesepuh Jepara yaitu Cik Lanang Desa Bulu dan Mbah Ronggo Desa Ujungbatu, masing-masing di Kecamatan/Kabupaten Jepara.
“Pada malam hari dilanjutkan dengan Pagelaran seni Wayang Kulit, di TPI Ujungbatu,” kata Eko ke pada Minggu, 6 April 2025 kemarin.
Eko menambahkan paginya dilanjutkan dengan kegiatan Larungan Kepala Kerbau sebagai bentuk sedekah laut masyarakat Ujungbatu khususnya para nelayan di sekitar TPI. Kegiatan ini merupakan uri-uri budaya sejak ratusan tahun yang lalu.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa tahun ini ada sedikit perbedaan kegiatan Pesta Lomban, yaitu dengan adanya Tradisi Kupat (Ketupat) Lepet.
“Tahun kemaren tidak ada, tahun ini kami bisa adakan kembali. Sebanyak 4.000 Kupat Lepet akan di tata menjadi dua gunungan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Pesta Lomban merupakan puncak dari acara syawalan yang merupakan tradisi turun menurun di Jepara. Kegiatan tersebut dilaksanakan seminggu pasca perayaan hari raya Idul Fitri setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Jepara khususnya para nelayan. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)