JEPARA, Lingkarjateng.id – Museum RA Kartini Jepara meluncurkan kegiatan “Museum Masuk Sekolah” yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Jugo, Desa Sumberrejo, Kecamatan Donorojo, Jepara.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung program “Bupati Ngantor di Desa,”dan mengenalkan nilai-nilai sejarah serta budaya kepada siswa yang berada jauh dari lokasi museum.
Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara, Moh Eko Udyyono menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk mendekatkan museum kepada masyarakat, terutama anak-anak di wilayah terpencil.
“Kali ini Bupati Jepara ngantor di Desa Sumberrejo, dan kami memanfaatkan momen ini untuk menggelar museum masuk sekolah,” kata Eko.
Program “Museum Masuk Sekolah” menyasar sekolah-sekolah yang sulit dijangkau oleh pengunjung museum, termasuk di daerah Sumberrejo. Melalui inisiatif ini, diharapkan siswa-siswa di pelosok Jepara dapat mengenal dan merasakan kedekatan dengan Museum RA Kartini, yang memiliki peran penting dalam sejarah emansipasi wanita di Indonesia.
“Kami biasanya mendatangi wilayah terpencil, termasuk kepulauan Karimunjawa, untuk memastikan anak-anak di daerah tersebut mendapatkan akses edukasi yang sama,” tambahnya.
Kegiatan ini menghadirkan pengalaman belajar yang unik, di mana siswa tidak harus datang ke museum secara fisik. Sebagai gantinya, mereka diajak untuk melihat koleksi museum secara virtual melalui layar yang telah disediakan.
Tak hanya itu, Narasi yang disampaikan oleh pemandu Museum RA Kartini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dan mengajukan pertanyaan mengenai kehidupan dan warisan RA Kartini.
“Meskipun jauh jaraknya, kami berharap mereka bisa berkunjung ke Museum RA Kartini Jepara secara langsung, sehingga mereka bisa belajar secara langsung dan memahami nilai-nilai yang diajarkan oleh RA Kartini,” pungkasnya.
Dengan program ini, Museum RA Kartini berkomitmen untuk menjadi pusat edukasi yang tidak hanya mengedukasi, tetapi juga menginspirasi generasi muda untuk menghargai sejarah dan budaya daerah. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kesadaran dan kecintaan anak-anak terhadap warisan budaya Indonesia, sehingga tetap terjaga eksistensinya. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkarjateng.id)