PATI, Lingkarjateng.id – Pembangunan sekolah rakyat di Kabupaten Pati yang berlokasi di Sentra Margo Laras, Desa Sukoharjo, Kecamatan Margorejo, ditargetkan selesai pada Juni 2025.
Sentra Margo Laras menjadi lokasi pertama berdirinya sekolah rakyat di Kabupaten Pati yang kemudian dilanjutkan di Kecamatan Tlogowungu. Rencananya, beberapa bangunan di Sentra Margo Laras mulai direvitalisasi menjadi sekolah rakyat pada akhir April atau awal Mei 2025.
Kepala Subbag Tata Usaha Sentra Margo Laras Pati, Syam Fathurrachmanda, mengatakan bahwa pendirian sekolah rakyat di lahan milik Kementerian Sosial (Kemensos) menggunakan eksisting bangunan di Sentra Margo Laras.
“Karena kami memang yang berada di Kemensos, maka Sentra Margo Laras ini menggunakan eksisting bangunan. Jadi bangunan-bangunan yang sudah ada kemudian dilakukan penyesuaian oleh Kementerian PUPR,” ujarnya dalam acara sosialisasi dan penjaringan calon peserta didik sekolah rakyat pada Selasa, 15 April 2025.
Beberapa waktu lalu, Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah telah menyurvei mana saja bangunan di Sentra Margo Laras yang perlu diperbaiki. Hal itu agar lebih layak bagi peserta didik maupun guru ketika difungsikan sebagai sekolah rakyat.
“Jadi proses rehab ya, tidak proses bangun ya. Kalau bangun nanti kan tanah kosong punyanya Pemda di Tlogomulyo. Ini kan nanti PUPR melakukan revitalisasi bangunan atau renovasi. Target mereka pertengahan Juni sudah running untuk kegiatan belajar-mengajar,” jelasnya.
Syam menjelaskan, dana yang digunakan untuk merevitalisasi bangunan sekolah rakyat di Sentra Margo Laras menggunakan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Proses pembangunan yang belum diketahui nominal anggarannya tersebut akan dilaksanakan Kementerian PUPR.
“Mereka belum bisa menjelaskan detail karena masih survei kebutuhan. Mereka masih membuat kayak RAB kebutuhan Margo Laras berapa, dibahas dengan pusatnya, kemudian berapa anggaran turun kami juga kurang paham,” katanya.
Adapun jenjang pendidikan pada sekolah rakyat di Sentra Margo Laras yakni sekolah menengah pertama (SMP) dengan jumlah peserta didik sekitar 50 anak.
“Karena melihat dari bangunan yang ada, itu kami ready-nya di jenjang SMP. Nanti yang kami siapkan kelas 7 itu 7A dan 7B, jadi masing-masing kelas itu total 25 siswa, jadi total 50 siswa. Karena wajib menyiapkan itu minimal satu kelas itu 25 orang,” jelasnya.
Ia menjelaskan untuk peserta didik sekolah rakyat berasal dari keluarga miskin dan miskin ekstrim yang tercatat di Pusat Data dan Teknologi Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos).
“Jadi memang target utama adalah keluarga yang masuk di desil 1-2 atau miskin ekstrim. Jika memang hasil verifikasi data desil 1 sudah selesai, jika kuota belum tercukupi, ke desil 2. Masih lanjut lagi, desil 3 dan seterusnya,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)