KUDUS, Lingkarjateng.id – Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus meminta seluruh fasilitas kesehatan mewasdai penyakit chikungunya dan demam berdarah dengue (DBD) karena gejala awal yang mirip.
Seperti disampaikan Dinkes kepada Rumah Sakit Islam (RSI) Sunan Kudus bahwa kasus chikungunya mulai menunjukkan peningkatan. Gejala awalnya yang mirip DBD seringkali membuat diagnosa awal menjadi tantangan.
“Kami diimbau oleh DKK agar tidak langsung memvonis DBD bila ada gejala demam dan trombosit rendah, nyeri pada persendian. Harus ada pemeriksaan lanjutan agar tidak terjadi kesalahan diagnosa,” jelas Direktur RSI Sunan Kudus, dr. Ahmad Syaifuddin.
Meski belum menerima laporan resmi terkait pasien chikungunya, pihak RSI tetap melakukan antisipasi dengan meningkatkan kewaspadaan di unit pelayanan gawat darurat. Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat menguatkan 3M Plus.
Sementera itu untuk penyakit DBD, pihaknya memaparkan ada delapan kematian kasus DBD terhitung pada Januari hingga Maret 2025.
Pasien DBD yang meninggal itu berasal dari Kudus, Demak, Jepara. Direktur RSI Sunan Kudus, dr. Ahmad Syaifuddin mengatakan pasien DBD yang meninggal didominasi warga Kudus.
Secara beruntun pada triwulan pertama 2025 angka kematian penyakit DBD tersebut yakni Januari 4 pasien dengan pasien dirawat sebanyak 68. Februari tiga pasien meninggal dan jumlah yang dirawat sebanyak 34. Lalu pada Maret ada satu satu kasus kematian dari total 34 pasien yang dirawat.
Sedangkan pada periode Oktober 2024 hingga Maret 2025, tercatat setiap bulannya masih ada kasus kematian akibat DBD dengan total tujuh pasien meninggal.
Menurut Syaifuddin, pasien meninggal dunia karena DBD merata dari seluruh jenjang usia, baik anak-anak usia tiga tahun hingga dewasa usia 67 tahun. Di antara dari mereka juga memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
“Ada beberapa yang memiliki riwayat penyakit lainnya, ada yang stroke, ada juga yang memiliki diabetes melitus,” bebernya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus. S – Lingkarjateng.id)