SALATIGA, Lingkarjateng.id – Warung kopi yang ada di pasar tradisional biasanya hanya menjajakan minuman kopi lokal atau kemasan. Namun, ada salah satu warung kopi di komplek lantai dua Pasar Raya 1 Salatiga yang berani tampil beda.
Warung kopi bernama Juwalan Kupi itu memiliki konsep kekinian. Minuman yang dijajakannya pun tidak sama dengan warung kopi pada umumnya. Ada beragam jenis biji kopi yang ditawarkan, seperti robusta Merbabu, robusta Sidikalang, arabika Gayo, arabika Kintamani, dan lain-lain.
Hebatnya, warung kopi yang berada di tengah pasar tradisional ini memiliki pelanggan dari berbagai kota mulai dari Semarang, Solo, Jakarta, hingga Bandung. Bahkan, pernah ada turis dari Amerika yang mencoba kopi di tengah pasar ini.
Jean Claude Senen, barista Juwalan Kupi, menyebut pemilik warung kopi ini memang sengaja memilih tempat di tengah pasar. Sebelumnya, ia berjualan kopi di daerah Jalan Kemiri, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Namun, pada November 2023 pindah tempat di Pasar Raya 1 Salatiga.
“Pemilika warung memilih pindah ke pasar karena perputaran uang lebih banyak. Target kita juga ingin menawarkan pure kopi asli, tapi dengan harga yang tak terlalu mahal,” kata Jean pada Kamis, 6 Juni 2024.
Menurutnya, tujuan memilih tempat di Pasar Raya 1 juga untuk mengenalkan kopi kepada para pedagang. Selain itu, pasar juga sering didatangi konsumen dari berbagai kalangan.
“Selain minuman kopi, kami juga mencoba menawarkan biji kopi untuk dibawa pulang. Jenisnya macam-macam,” ucapnya.
Menurutnya, harga satu cangkir kopi dibanderol mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 30.000.
“Harga sesuai jenis dan teknik penyajian. Kami ada teknik pour over, Turki, Vietnam drip, dan tubruk,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, pangsa pasar minuman kopi di Pasar Raya 1 cukup ramai. Saat hari libur, penjualan bisa mencapai 30 cangkir kopi yang minum di tempat. Hal Ini karena tempatnya terbatas.
“Juwalan Kupi sebenarnya konsepnya untuk beli dan dibawa pulang,” ujarnya.
Adapun jam buka Juwalan Kupi mulai pukul 07.00-17.00 WIB, sedangkan pada hari Minggu hanya buka sampai pukul 15.00 WIB.
“Kita nggak buka sampai malam karena di pasar sore sepi,” tandasnya.
Salah seorang pembeli asal Solo, Arya, mengaku sengaja datang di Juwalan Kupi karena tertarik dengan konsep kopi yang ada di tengah pasar. Ia pun langsung mencoba teknik penyeduhan kopi Turki karena dirasa unik dan menarik.
“Saya mengetahui Juwalan Kupi dari Instagram. Terus ini ada kerjaan di Salatiga langsung coba cari. Ini saya ajak juga teman dari Amerika untuk mencoba kopi di tengah pasar,” kata Arya.
Menurutnya, walaupun tempatnya di pasar, kopi yang ditawarkan sangat variatif. Soal rasa juga seperti kopi di kafe-kafe yang sudah besar.
“Harganya lebih terjangkau,” ucapnya. (Lingkar Network | Angga Rosa – Lingkarjateng.id)