SALATIGA, Lingkarjateng.id – Gerakan literasi di Dukuh Singojayan, Desa Kincir Tengah, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga semakin hidup dengan adanya taman baca Singojayan Peduli Literasi atau Sijali Project.
Sijali Project diprakarsai oleh mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Mega Herawati. Tujuan yang ingin dicapai Mega yakni mendekatkan anak-anak dengan buku dan menjauhkan mereka dari kecanduan gawai.
Mega menuturkan, pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap berbagai aspek, diantaranya berubahnya sistem pendidikan. Kondisi ini membuat anak-anak cenderung mengisi waktunya dengan bermain.
“Bahkan anak-anak cenderung lebih senang bermain gawai. Kondisi ini membuat anak-anak enggan belajar. Karena itu, saya mencoba mendekatkan anak-anak dengan buku melalui taman bacaan,” kata mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UNS Surakarta ini, pada Selasa, 16 Januari 2024.
Gagasan Sijali Project, kata Mega, juga dilatarbelakangi kondisi perkembangan anak-anak di sekitar lingkungan rumahnya pada masa belajar mandiri di rumah cenderung kecanduan gawai. Terlebih ada orangtua yang tidak bisa memantau anaknya saat proses belajar mandiri di rumah secara langsung lantaran keterbatasan waktu. Sehingga anak-anak cenderung tidak optimal dalam belajar.
“Semula, kegiatan literasi ini berawal dari program KKN dulu. Kemudian saya lanjutkan secara mandiri dengan memanfaatkan ruangan di pojok rumah,” ujarnya.
Menurut Mega, pendirian taman baca Sijali Project juga karena dampak pembelajaran online dari rumah saat pandemi Covid-19 yang membuat anak usia pelajar lebih banyak berkutat dengan gawai serta memaksa orang tua memberikan akses handphone. Namun, alih-alih belajar kebanyakan anak justru bermain game online.
“Atas dasar itu, saya mengajak orang tua menyediakan adanya pojok baca di setiap rumah warga dengan membuat mini perpustakaan di rumah masing-masing. Buku-bukunya kami memfasilitasi sesuai keinginan anak,” ucapnya.
Adapun koleksi buku yang tersedia saat ini terdiri dari beragam tema mulai cerita rakyat, dongeng, komik, novel, majalah, dan pengetahuan umum. Semua buku itu sebagian berasal dari koleksi pribadi dan hasil donasi masyarakat.
“Saya berharap masyarakat khususnya anak-anak mudah dalam mengakses bahan bacaan dan mengembalikan budaya membaca serta meningkatkan literasi pada masyarakat desa,” ucapnya. (Lingkar Network | Angga Rosa – Koran Lingkar)