Sejumlah Warga Salatiga Prediksi Pemilu 2024 Sarat Politik Uang

ILUSTRASI: Politik uang. (Antara/Lingkarjateng.id)

ILUSTRASI: Politik uang. (Antara/Lingkarjateng.id)

SALATIGA, Lingkarjateng.id – Sejumlah warga Kota Salatiga memprediksi perhelatan Pemilu 2024 sarat politik uang. Warga bahkan menilai bahwa politik uang sulit dihilangkan dalam setiap pelaksanaan pesta demokrasi yang digelar setiapa lima tahun sekali ini.

Seperti dikatakan warga Sidorejo, Kota Salatiga, Darto (52), menyampaikan bahwa hal itu bisa terjadi karena sebagian kontestan Pemilu masih ada yang mengandalkan politik uang untuk mendulang suara. Demikian pula dengan masyarakat, disinyalir ada yang melakukan “serangan fajar” saat menjelang pemungutan suara. 

“Politik uang sudah bukan menjadi rahasia lagi. Itu terjadi setiap Pemilu baik legislatif maupun pemilihan kepala daerah. Bahkan dalam Pemilu sebelumnya, ada warga yang sampai menerima tiga hingga lima amplop dari kontestan Pemilu yang berbeda,” kata Darto.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman Pemilu sebelumnya, besaran nominal dalam praktik politik uang yang disebar ke masyarakat bervariasi yakni berkisar antara Rp50.000 hingga Rp200.000 per amplop. 

“Tergantung kemampuan para kontestan Pemilu pelaku politik uang dan peta politik masing-masing dapil (daerah pemilihan),” ujarnya.

Selain itu menurut Darto, praktik politik uang sulit dihilangkan karena sebagian masyarakat bisa menerimanya. Bahkan sebagian masyarakat ada yang menilai hal itu sebagai mutualisme.

“Ada yang mengistilahkan tidak ada makan siang gratis dalam dunia politik. Kalau mau dukungan, ya harus mengeluarkan biaya,” ucapnya. 

Dia berharap, praktik politik uang yang sudah membudaya dalam setiap pelaksanaan pesta demokrasi minimal bisa dikikis atau dihilangkan. Sebab politik uang sangat berpengaruh pada hasil Pemilu. 

“Politik uang pengaruh sangat besar terhadap masa depan bangsa. Orang yang memiliki kapabilitas untuk menduduki kursi wakil rakyat bisa tersingkir dengan gerakan kontestan yang berduit. Semoga politik uang bisa dihilangkan meski itu sulit,” ucapnya.

Sementara itu untuk mencegah praktik politik uang, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Salatiga telah melakukan berbagai langkah. Diantaranya membentuk beberapa kampung antipolitik uang serta melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Ketua Bawaslu Kota Salatiga, Djayusman Junus, menyatakan bahwa Bawaslu terus melakukan upaya pencegahan dan antisipasi politik uang. Salah satunya adalah melakukan sosialisasi secara terus menerus dan menjelaskan tentang keberadaan pengawas pemilu kepada masyarakat luas.

“Kami berharap kawan-kawan pengawas membumikan sosialisasi dengan melibatkan masyarakat secara langsung. Tujuannya agar masyarakat dapat ikut serta dalam pengawasan partisipatif dengan menjadi mitra bagi pengawas yang memberikan informasi awal tentang dugaan pelanggaran dalam pemilu,” tandasnya. (Lingkar Network | Angga Rosa – Koran Lingkar)

Exit mobile version