SALATIGA, Lingkarjateng.id – Semenjak pandemi virus corona disease (Covid-19) hingga saat ini, trayek bus antarkota dalam provinsi (AKDP) jurusan Semarang-Solo sepi penumpang. Bahkan menjelang akhir 2023, jumlah penumpang jauh di bawah rata-rata.
Kondisi sepi penumpang ini berimbas pada pendapatan sopir bus Semarang-Solo turut anjlok. Tak jarang, para sopir bus pulang tanpa membawa hasil.
“Sekarang penumpang sepi. Untuk mencari 10 orang penumpang saja susah. Otomatis kru tidak ada pemasukan,” kata seorang sopir bus AKDP jurusan Semarang-Solo, Erik (45) saat ditemui di Terminal Tipe A Tingkir, Kota Salatiga pada Jumat, 27 Oktober 2023.
Menurut Erik, kondisi usaha jasa transportasi saat ini sedang terpuruk. Bahkan, dalam satu perjalanan pulang pergi Semarang-Solo untuk mendapatkan biaya operasional saja sangat sulit.
“Seperti tadi, satu PP (pulang – pergi) hanya dapat uang Rp220.000. Padahal biaya operasional mencapai sekitar Rp500.000. Untuk beli solar Rp450.000 dan lainnya untuk bayar mandor di terminal,” jelasnya.
Erik mengaku tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa pasrah dalam menghadapi kondisi usaha jasa transportasi yang semakin terpuruk ini. Sebab dirinya harus tetap bekerja lantaran demi melayani masyarakat yang masih membutuhkan jasa transportasi.
“Ya mau bagaimana lagi. Meski tidak mendapatkan hasil, ya tetap bekerja. Sebab perusahaan meminta saya untuk tetap berangkat (kerja). Kami berharap, ada upaya dari pemerintah guna menaikkan minat masyarakat untuk naik bus lagi,” ucapnya. (Lingkar Network | Angga Rosa – Koran Lingkar)