KUDUS, Lingkarjateng.id – Di sudut Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, senyum Devi Mardiana Sari (31) kini merekah. Ia tak lagi takut tidur di malam hari, khawatir atap rumahnya roboh diterpa hujan dan angin.
Lewat program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125, rumah peninggalan mertuanya yang sudah lebih dari 30 tahun berdiri, kini sedang dalam proses renovasi total.
“Ini bantuan yang bagus, terutama di Kudus ini masih banyak rumah seperti saya, yang belum layak. Dulu temboknya masih tanah liat, kalau hujan angin enggak bisa tidur takut roboh,” ucap Devi, yang kini tinggal bersama suami dan dua anaknya baru-baru ini.
Renovasi rumahnya akan mencakup dua kamar dan kamar mandi dengan ukuran 6×5 meter. Renovasi terakhir dilakukan pada 2014, itu pun hanya sekadar perbaikan kecil.
Tak jauh dari rumah Devi, kisah haru juga datang dari Shonna (62), seorang buruh pengupas kapuk (randu) yang sehari-hari hanya mendapatkan upah Rp25 ribu.
Rumah sederhananya sering bocor jika hujan, dinding dan atap sudah rapuh.
“Saya sangat bersyukur dan berterima kasih sekali. Semoga semua yang membantu dibalas kebaikannya,” tuturnya lirih.
Komandan Kodim 0722/Kudus, Letkol Inf Hermawan Setya Budi, menjelaskan bahwa total ada enam unit rumah tidak layak huni (RTLH) yang direnovasi dalam program TMMD tahun ini.
Empat rumah dibantu melalui CSR Djarum, dan dua rumah lainnya melalui Baznas.
“Semua pengerjaan dilakukan di Desa Kandangmas, dan kami pastikan sebelum penutupan TMMD pada 21 Agustus nanti, seluruh rumah sudah selesai direnovasi,” terangnya.
Hermawan menyebut, kondisi rumah para penerima memang memprihatinkan.
Bahkan, salah satu di antaranya pernah roboh karena tertimpa pohon.
Oleh sebab itu, pembangunan RTLH menjadi salah satu sasaran prioritas dalam TMMD 125.
“Pengerjaan sudah kami mulai dua minggu sebelum pembukaan, sekarang progresnya sudah 50 persen. Di minggu terakhir nanti tinggal finishing saja,” jelasnya.
Melalui sentuhan tangan prajurit TNI dan gotong royong warga, TMMD bukan sekadar program pembangunan, tapi harapan baru.
Jurnalis: Mohammad Fahtur Rohman
Editor: Rosyid

































