KUDUS, Lingkarjateng.id – Kasus gangguan tumbuh kembang anak di Kabupaten Kudus terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini mendorong RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus untuk memperkuat layanan terapi okupasi, salah satunya melalui pendekatan snoezelen therapy yang kini semakin diminati masyarakat.
Direktur RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus, dr. Abdul Hakam, M.Si, Med., Sp.A., menjelaskan, terapi snoezelen merupakan metode terapi multisensori yang memanfaatkan cahaya, suara, musik, aroma, hingga tekstur dalam ruangan khusus.
Suasana ini dirancang untuk memberikan pengalaman sensorik yang menenangkan sekaligus merangsang bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
“Terapi ini bermanfaat untuk meningkatkan fokus, mengurangi kecemasan, melatih kemampuan motorik, serta merangsang indra anak dalam lingkungan yang aman dan terkontrol,” ungkap dr. Hakam.
Menurutnya, lonjakan kasus tumbuh kembang sebagian besar terdeteksi melalui program penanganan stunting di Kabupaten Kudus yang melibatkan pihak rumah sakit.
Dari temuan itu, banyak anak teridentifikasi mengalami hambatan perkembangan, mulai dari belum bisa berjalan di usia tiga tahun, berat badan rendah, hingga kesulitan konsentrasi dan komunikasi.
“Ini bukan semata persoalan gizi, tapi juga menyangkut perkembangan otak yang perlu intervensi medis,” jelasnya.
Di ruang terapi khusus bernama Snoezelen Terapi, anak-anak mendapatkan stimulasi melalui cahaya, gambar, maupun video.
Aktivitas ini diarahkan untuk melatih konsentrasi sehingga berdampak positif terhadap kemampuan belajar maupun perilaku sehari-hari.
Saat ini, layanan terapi snoezelen di RSUD Kudus ditujukan bagi anak usia 1 hingga 10 tahun.
Namun, seiring regulasi baru pemerintah, pembiayaan hanya ditanggung hingga usia 7 tahun melalui Program Pembiayaan Catatan Sosial (PPCS).
dr. Hakam menegaskan, peran orang tua sangat penting dalam mendukung keberhasilan terapi.
Edukasi publik juga perlu digencarkan agar keterlambatan tumbuh kembang tidak lagi dianggap sepele.
“Semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang anak untuk berkembang optimal,” tandasnya.
Jurnalis: Fahtur Rohman


































