JEPARA, Lingkarjateng.id – Ratusan Santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) 1 Putra Ponorogo mengadakan Rihlah Iqtishadiyyah Tarbawiyyah atau dikenal dengan Studi Ekonomi dan Pendidikan di Jepara dan Kudus pada 22 Februari hingga 24 Februari 2025. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk mengenalkan murid-murid terhadap dunia bisnis atau usaha, sehingga mereka mempunyai pandangan dan rencana sebagai entepreuner atau pengusaha di masa yang akan mendatang pasca selesai masa studinya.
Pada kesempatan ini, Pembimbing Rihlah Iqtishasiyyah Tarbawiyyah, Ustadz Saepul Anwar, menyampaikan jika kegiatan ini juga bertujuan untuk membuka wawasan hidup mandiri bagi para santri. Dalam dunia pesantren, tidak hanya memiliki civil efect saja, melainkan bisa menjadi apa saja saat berada di lingkungan masyarakat.
“Kami tekankan kepada para santri untuk mempunyai mental mandiri dan wawasan luas,” kata Saepul kepada Lingkarjateng.id pada Senin, 24 Februari 2025.
Dalam kegiatan rihlah ini, para santri mengunjungi usaha milik para alumni Gontor yang ada di wilayah Kudus dan Jepara. Dari situ, mereka bisa belajar bagaimana proses menjadi orang besar, bukan hanya melihat hasilnya saja dengan memiliki mental dan skil yang didapatkan saat menjadi santri di PMDG.
Saepul menambahkan bahwa dengan mental dan skil ini bisa mengarungi kehidupan dengan segala profesi dengan baik dan tidak lupa dengan keguruan yang ditanamkan melalui sistem pendidikan Gontor, yaitu Kulliyatul Mu’alliminal Islamiyyah (KMI). Jiwa guru tetap melekat di hati para alumni, meskipun menjadi pengusaha ataupun politikus sekalipun.
“Lima poin utama dalam sebuah manajemen, wawasan ke depan, prima, kolaboratif, inisiatif, dan berani ambil risiko. Jika diibaratkan dalam sebuah bis, manajemen itu ada supir, kernet, penumpang, dan kaca spionnya,” tambahnya.
Saepul menegaskan, seorang sopir harus mempunyai wawasan ke depan (future oriented), tahu arah dan tujuan yang dituju. Selain itu, harus memiliki jiwa yang prima (be entraint), singga mampu meyakinkan orang, memahamkan orang, dan memengaruhi orang lain.
Selanjutnya, jiwa kolaboratif harus ada, antara supir, kernet, dan penumpang, jika pengusaha harus punya relasi untuk memperluas pemasaran produknya. Kemudian mental untuk mengambil kesempatan atau inisiatif secara cepat dan akuran.
“Yang terakhir ialah mental mengambil risiko (take the risk). Jika gagal, itulah risiko yang harus diambil oleh pengusaha atau supir tadi,” ungkapnya.
Para rombongan santri PMDG 1 Putra Ponorogo mengunjungi beberapa unit usaha di wilayah Jepara, antara lain Mahkota Rebana, Tenun Troso V&V, serta berkunjung ke Ponpes Matholi’ul Huda, Jepara. Sebelumnya, saat di Kudus, mereka mengunjungi Pabrik Krupuk BAN, Jenang Kudus Mubarok, dan Pondok Pesantren Tahfidz Modern Al-Aqsho Kudus.
Terpisah, sebanyak 80 santri PMDG Putri 3 Widodaren, Ngawi, sebelumnya mengadakan kegiatan serupa di wilayah Kudus dan Jepara pada 19 hingga 21 Februari 2025. Adapun kunjungan Rihlah Iqtishodiyyah Tarbawiyyah di Jepara meliputi, Elisa Hijab, Uleni Donat, dan Mustika Make Up, sedangkan wilayah Kudus, Alfa Shoofa, Jenang Kudus Mubarok, dan Ponpes Al-Furqon Tulis Kudus.
“Alhamdulillah, para santri bersemangat mengikuti serangkaian kegiatan selama di Kudus dan Jepara,” kata Pembimbing Rihlah Iqtishodiyyah Tarbawiyyah Gontor Putri 3, Laila Sabrina dan Ihda Nur Mazidah kepada Lingkarjateng.id pada Senin, 24 Februari 2025.
Mereka menegaskan, meski para santri ini seorang perempuan, mereka memiliki jiwa ingin mandiri dan memiliki usaha sendiri. Hal tersebut lantaran para santri sangar antusias saat mengikuti sesi materi dan praktik secara langsung di tempat-tempat produksi.
“Sangat antusias, bahkan saat sesi tanya jawab sudah selesai, ada beberapa yang masih ingin bertanya, tapi kami sudahi,” tambahnya.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan para santri nantinya memiliki jiwa untuk berwirausaha dan memiliki usaha sendiri nantinya saat mereka selesai masa studi di Gontor. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkarjateng.id)





























