KUDUS, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus berkomitmen untuk menurunkan angka stunting di wilayah setempat. Hal ini agar target zero stunting di Kudus pada tahun 2023 nanti bisa terwujud.
Diketahui, persentase stunting di Kudus saat ini terbilang rendah jika dibandingkan dengan angka stunting di tingkat provinsi dan nasional. Meski demikian, Pemkab Kudus tetap berupaya melakukan percepatan penurunan stunting di Kota Kretek.
Bupati Kudus HM Hartopo memaparkan, angka prevalensi stunting di Kudus menurut survei Status Gizi Indonesia (SGI) Kemenkes adalah 17,21 persen. Hasil tersebut masih di bawah angka Nasional yakni sebesar 27,67 persen dan Provinsi Jawa Tengah sebesar 20,9 persen.
“Kalau survey dari Dinas Kesehatan sendiri ada 4,2 persen stunting, tapi ini belum diakui karena belum punya sertifikasi. Jadi, yang dianggap sebagai acuan ya dari Kemenkes,” ujar Bupati Hartopo.
Pihaknya bahkan menyiapkan anggaran sebesar Rp 94 miliar untuk penanganan stunting, kesehatan anak hingga ibu hamil. Sehingga, diharapkan anak-anak di Kabupaten Kudus bisa tumbuh sehat dengan gizi seimbang.
“Anggaran yang kami siapkan untuk stunting, ibu hamil, dan kesehatan anak ini lumayan banyak yakni sebesar Rp 94 miliar. Harapan kami ini bisa dimanfaatkan dengan baik,” tuturnya.
Pemkab Kudus pun telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting pada kegiatan Rembug Stunting yang digelar, Jumat (8/7) lalu. Tim ini nantinya akan bertugas untuk menekan angka stunting di Kudus dengan berbagai kebijakan dan kegiatan di masyarakat.
Lebih lanjut, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus pun mengaku akan terus berupaya untuk menurunkan angka stunting. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat DKK Kudus, Nuryanto menyampaikan, penanganan stunting di Kudus selama ini terus dilakukan. Diantaranya seperti dengan melakukan sosialisasi secara langsung ke masyarakat dan membuka Rumah Bintang Gizi.
Rumah Bintang Gizi tersebut, dibentuk agar orang tua bisa berkonsultasi terkait tumbuh kembang anaknya. Lokasinya yakni berada di Desa Jati Wetan.
“Di rumah gizi tersebut, masyarakat bisa melakukan konsultasi dengan dokter ahli dan ahli gizi,” ucapnya.
Selain itu, puskesmas di masing-masing wilayah juga rutin memberikan pemahaman mengenai stunting kepada masyarakat. Terutama, terkait pemenuhan gizi seimbang untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
“Stunting biasanya terjadi pada anak karena asupan gizi makanan yang diberikan tidak seimbang. Ibu maupun keluarga perlu memberikan perhatian terhadap pola makan yang tepat pada anak,” jelasnya.
Nuryanto pun meminta para orang tua untuk bisa melakukan konsultasi ke Puskesmas maupun Rumah Bintang Gizi jika anaknya memiliki tanda-tanda mengalami stunting. Hal ini, menurutnya, supaya ahli gizi bisa memberikan edukasi tentang pola makan yang tepat.
“Pemberian pola makan yang tepat akan bisa menurunkan angka kasus stunting pada anak,” tandasnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)