REMBANG, Lingkarjateng.id – Semburan gas yang mudah terbakar di sumur milik Abu Rosidin warga RT 2 RW 13, Dukuh Kampung Sridadi, Desa Pamotan Kecamatan Pamotan telah ditinjau oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Rembang bersama Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Kendeng Selatan.
Hasilnya, munculnya gas di wilayah Rembang biasanya berkaitan dengan fenomena pembentukan gas bumi. Sebagaimana yang terjadi di wilayah Blora maupun Grobogan yang merupakan cekungan belakang busur atau yang disebut back arc basins.
Kepala DLH Rembang, M. Ika Himawan, Jumat, 6 Oktober 2023 menyampaikan berdasarkan hasil pemeriksaan ESDM Wilayah Kendeng Selatan, semburan tersebut bukan gas metana melainkan gas bumi atau termogenik.
Hal tersebut didasarkan pada tidak ditemukannya bau yang menyengat di sekitar sumur bor. Berbeda dengan gas metana atau gas rawa yang masuk dalam biogenik.
“Saya lihat itu tidak punya dampak terhadap lingkungannya. Gasnya tidak berbau jadi masih aman terkendali, tidak ada dampak yang ditimbulkan,” terangnya.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan pihak ESDM, lanjut Ika, gas yang muncul di sumur milik Abu bisa dimanfaatkan untuk keperluan memasak. Sebab tidak ada bau apapun yang ditimbulkan dari semburan gas tersebut.
“Karena tidak berbau seperti telur busuk atau belerang itu bisa dimanfaatkan untuk memasak atau kegiatan yang lain. Asalkan di luar ruangan, jangan di dalam ruangan. Keputusan ESDM seperti itu,” jelasnya.
Setelah dilakukan analisa, kata dia, pihak ESDM cabang Blora selanjutnya akan berkoordinasi dengan Provinsi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dengan membawa peralatan yang lebih proper untuk melakukan penelitian.
“Karena ESDM cabang Blora tidak punya alatnya sehingga koordinasi dengan Provinsi. Mungkin lain waktu akan mengecek langsung dengan membawa alatnya,” ucapnya.
Dirinya menambahkan, pemilik sumur sudah diminta untuk sementara waktu tidak memanfaatkan air yang keluar dari sumur. Mengingat air yang keluar bercampur dengan gas. (Lingkar Network | R Teguh Wibowo – Lingkarjateng.id)