PATI, Lingkarjateng.id – Masa panen garam di Kabupaten Pati pada tahun ini diperkirakan akan mengalami keterlambatan. Hal itu diakibatkan karena faktor cuaca yang kurang menentu belakangan ini.
Edy Martanto, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati mengungkapkan, dalam kondisi normal panen garam berlangsung pada bulan Juli hingga bulan November. Namun, pada tahun ini diprediksi akan mengalami perubahan, karena musim hujan mengalami keterlambatan. Akibatnya, produksi garam menjadi lebih singkat.
“Pada tahun ini, musim kemarau diprediksi mundur. Jadi hujan terus mengguyur, maka akan terjadi keterlambatan. Kalau biasanya kan bulan Juli, sedangkan sekarang ini bulan April masih hujan. Jadi, biasanya empat bulan, yaitu bulan Juli hingga bulan Oktober. Terkadang bulan Oktober juga hujan,” ungkapnya.
Cuaca Buruk, Petani Blora Terpaksa Panen Dini
Hal ini, kata Edy, akan berdampak pada menurunnya hasil produksi garam. Sehingga, membuat harga garam di pasaran mengalami kenaikan.
Berdasarkan data dari DKP Pati, produksi garam pada tahun 2021 tergolong rendah. Hanya menyentuh angka 98 ribu ton. Jumlah tersebut terpaut jauh jika dibandingkan dengan capaian saat musim kemarau panjang, yakni mencapai 350 ribu ton.
Lebih lanjut ia mengatakan, wilayah penghasil garam di Kabupaten Pati tersebar di beberapa titik. Mulai dari Kecamatan Batangan, Kecamatan Juwana, Kecamatan Wedarijaksa, dan Kecamatan Trangkil. Adapun luas area secara keseluruhan mencapai 2,9 ribu hektare. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Koran Lingkar)