KENDAL, Lingkarjateng.id – Para pemilik alat dan mesin pertanian (Alsintan) seperti mesin perontok padi di Kabupaten Kendal mulai menaikkan tarif sewa. Hal ini lantaran menyesuaikan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis solar.
Begitu pula tarif sewa traktor bajak sawah juga mengalami kenaikan. Padahal saat ini di Kendal sedang musim panen raya padi dan sebentar lagi akan memasuki musim tanam padi, sehingga traktor bajak sawah banyak dibutuhkan para petani.
Ahmad Soleh, pemilik alat perontok padi di Desa Wonotenggang, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal mengatakan bahwa, dirinya sudah menaikkan tarif sewa alat perontok padi sejak harga BBM Subsidi jenis solar mengalami kenaikan.
“Sewa alat perontok padi yang semula Rp150.000, naik menjadi Rp200.000 per hari. Semua naik, ya ikut naik setelah harga BBM naik,” ujarnya pada Rabu, 14 September 2022.
Senada, pemilik mesin perontok padi dan traktor bajak sawah di Desa Sukolilan, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Haji Ircham mengaku bahwa, dirinya terpaksa harus menaikkan tarif sewa Alsintan dengan alasan yang sama, yaitu menyesuaikan harga BBM Subsidi jenis solar yang mengalami kenaikan. Ircham menjelaskan, untuk sewa mesin perontok padi yang semula Rp150.000 per hari, naik menjadi Rp200.000 per hari.
“Sedangkan tarif sewa traktor bajak sawah, yang semula Rp950.000 naik menjadi Rp1.400.000 untuk bajak sawah per hektare. Ya, karena harga solar naik, kita ikutan naik,” jelas Ircham.
Menurutnya, satu hektare sawah bisa dikerjakan dalam satu hari dengan solar sekitar 10 liter. Kenaikan tarif sewa Alsintan, tambahnya, juga disebabkan karena jasa tenaga atau orang yang memegang alat juga mengalami kenaikan.
“Namun demikian, harga sewa tersebut masih bisa dimusyawarahkan, lah,” ungkap Ircham.
Sementara itu, seorang pemilik sawah di Desa Sukolilan, Kecamatan Patebon, Mahmud mengaku tidak mempermasalahkan jika tarif sewa Alsintan seperti traktor bajak mengalami kenaikan. Dirinya akan tetap menggunakan jasa sewa traktor bajak sawah, karena biayanya lebih murah dibandingkan dengan biaya membajak sawah dengan tenaga manusia.
“Ya mau gimana lagi. Kalau manual dengan tenaga manusia pakai cangkul, kan biayanya malah jauh lebih mahal,” ungkapnya. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Koran Lingkar)