SEMARANG, Lingkarjateng.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau taun ini berpotensi lebih kering dar tahun lalu akibat dampak fenomena el nino. Puncak kemarau diprediksi berlangsung pada Agustus dan September.
Mengetahui hal itu, Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengimbau masyarakat untuk mewaspadai terjadinya kebakaran akibat pengaruh cuaca kemarau yang kering.
Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Senin, 31 Juli 2023 mengatakan kebakaran berpeluang terjadi ketika cuaca kering, baik dari korsleting listrik atau sampah daun yang kering.
Menurut dia, rumah-rumah yang kosong atau tidak dihuni lama bisa dicek secara berkala, sebab kebakaran bisa terjadi di rumah yang lama tidak ditempati, apalagi saat musim kemarau.
“Warga bisa ngecek rumah kosong, karena dari beberapa kebakaran, ada yang berasal dari rumah kosong, mungkin rumah ditinggal lama, pelindung kabel sudah kering atau yang lainnya sehingga terjadi arus pendek,” katanya.
Untuk sampah daun dan tanaman kering, kata dia, perlu juga dibersihkan secara rutin, termasuk di rumah atau lahan yang sudah lama tidak ditempati.
“Untuk lingkungan, saya mengingatkan lurah, camat, pengampu wilayah untuk selalu mengingatkan warganya. Jangan bosan, kalau ada (sampah daun) yang kering, segera dirapikan dan dibersihkan,” katanya.
Dia mengakui, dampak musim kemarau sudah mulai dirasakannya ketika melakukan bersih-bersih di bantaran Sungai Banjir Kanal karena tanamannya mengering dan tanah-tanahnya merekah.
“Seperti kemarin kami bersih bersih di Sungai Banjir Kanal, itu kering semua. Nanam saja tanahnya sudah merekah. Sehingga artinya kemarau panjang sudah ada di depan kita,” jelasnya.
Musim kemarau, kata dia, juga berpengaruh dengan ketersediaan pangan, tetapi Kota Semarang memiliki program untuk menangani masalah tersebut dengan terus dilakukan intervensi.
“Saya sudah sampaikan, kami memiliki badan usaha milik petani, kemudian kami juga punya program Pak Rahman (pasar murah), untuk terus menerus lakukan intervensi-intervensi terhadap ketersediaan bahan pangan,” katanya. (Lingkar Network | Anta – Lingkarjateng.id)