REMBANG, Lingkarjateng.id – Puluhan mahasiswa demo di depan kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Rembang, Senin (11/4). Massa terdiri atas Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), dan Gerakan Pemuda Islam (GPI) Rembang itu menyuarakan empat tuntutan.
Empat tuntutan tersebut yakni menolak kenaikan harga BBM, meminta penyelesaian persoalan minyak goreng dan menolak penundaan Pemilu serta perpanjangan masa jabatan Presiden 3 periode.
Selain berorasi, mereka juga melakukan aksi teatrikal yang lengkap dengan membawa tiruan keranda yang bertuliskan Ibu Pertiwi. Sejumlah poster berbagai tulisan seperti gantung mafia minyak goreng, Info Mazzeh BBM bolak balik mundak, dan Jokowi Berani Juga Yakut Diganti juga dibentang.
Ratusan Mahasiswa Demo Di Kantor Gubernur Jateng, Suarakan 8 Tuntutan
Setelah berorasi di depan kantor DPRD Rembang, mereka kemudian berdialog dengan Ketua Komisi I DPRD Rembang, Mashadi dan Wakil Ketua Komisi I, Subawoto di depan ruang rapat Paripurna. Disana mereka kembali menyuarakan tuntutan dan meminta anggota DPRD Rembang sebagai wakil rakyat menyampaikannya ke Pemerintah Pusat.
Erli Putra, Koordinator Lapangan (Korlap) mengatakan, pihaknya menuntut Pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM. Menurutnya itu justru semakin menyulitkan masyarakat. Yang kedua minyak goreng sekaligus kenaikan harganya turut memperparah nasib masyarakat bawah.
“Padahal berdasar data yang terhitung sejak tahun 2006, Indonesia termasuk negara produsen sawit terbesar di dunia. Banyak lahan dibabat untuk memperluas kebun kelapa sawit. Namun ironis, minyak goreng langka sehingga berdampak pada kenaikan harga,” tegasnya.
Sementara itu, Mashadi memastikan tuntutan dari mahasiswa akan disampaikan kepada DPR RI. Bahkan Ia mengaku sependapat dengan apa yang menjadi tuntutan mahasiswa.
“Kami sepakat dengan saudara-saudara. Kami juga siap menyampaikan aspirasi saudara sekalian ke pusat (DPR RI),” tandasnya.
Setelah dialog secara lesehan selesai, massa kemudian kembali ke halaman kantor DPRD dan melaksanakan Sholat Jenazah, lalu mereka membubarkan diri. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)