PATI, Lingkarjateng.id – Pemangkasan anggaran untuk rencana perbaikan Jalan Sukolilo-Prawoto Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati yang hanya tersisa Rp 2 miliar. Hal tersebut membuat warga Kecamatan Sukolilo geram. Pasalnya, kerusakan jalan tersebut sudah cukup lama dan meresahkan para pengguna jalan.
Kepala Desa (Kades) Prawoto, Hyro Fachrus pun merasa dipusingkan lantaran banyaknya pertanyaan dari warganya terkait jalan rusak. Apalagi, jalan penghubung antar desa tersebut merupakan wewenang dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUTR).
“Selama ini kami sudah bersabar dan berupaya untuk mengendalikan warga, tapi kalau jalan itu tetap diabaikan dan dianak tirikan, maka kami tidak akan bertanggung jawab dengan apa yang terjadi nanti,” tegas Kades Hyro saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, baru-baru ini.
Bersama dengan warga, ia mengaku sudah muak lantaran setiap hari harus melewati jalan yang rusak parah. Pemerintah pun didesak untuk segera turun tangan mencarikan solusi.
Ditambah adanya berita perihal rencana perbaikan Jalan Sukolilo-Prawoto yang dipangkas untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara semakin membuat Hyro geram dan kecewa dengan sikap pemerintah.
“Jangan salahkan kami, jika nanti warga bergerak melakukan aksi karena sampai saat ini mereka sudah jenuh dan tidak percaya lagi dengan pemerintahan. Warga sebenarnya sudah mau ada gerakan, saya bilang jangan dulu, kasihan, biar Pemerintah berpikir, tapi kalau memang tetap diabaikan dan hanya janji itu sangat keterlaluan. Kalau alasan anggaran, kenapa proyek-proyek lain yang dianggap tidak penting diutamakan, sementara jalan yang merupakan hal vital untuk jalur perekonomian, perindustrian, pertanian diabaikan,” ujarnya dengan kesal.
Ia juga membeberkan, akibat kerusakan jalan itu sudah beberapa kali nyawa melayang akibat kecelakaan, bahkan warga juga pernah melakukan pemblokiran jalan, penanaman pohon pisang dan sebagainya.
“Kalaupun anggaran cuma Rp 2 miliar itu tidak cukup, karena itu jalan sudah rusak parah dan itu bukan jalan manusia lagi. Masyarakat itu hanya butuh jalan, kita bekerja untuk masyarakat, nggak butuh stadion yang megah atau bangunan apa. Hanya butuh jalan yang bagus, apa pemerintah membangun harus di demo dulu, lalu tugasnya dinas itu apa,” tandasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)