Jadi Desa Wisata, Pemdes Pohgading Pati Optimalkan Potensi Lokal

Jadi Desa Wisata, Pemdes Pohgading Pati Optimalkan Potensi Lokal

PAGELARAN: Penampilan seni budaya karawitan dari masyarakat Desa Pohgading Pati saat peresmian desa wisata beberapa waktu lalu. (Arif Febriyanto/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id – Desa Pohgading Pati merupakan salah satu dari 12 desa wisata yang diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati beberapa waktu yang lalu.

Hal ini tentu saja tak dapat dilepaskan dari peranan Pemerintah Desa (Pemdes) setempat bersama masyarakat yang bahu membahu memajukan desanya. Puryanto selaku Sekretaris Desa (Sekdes) Pohgading, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati pun bersyukur atas perkembangan desanya sebagai desa wisata meski baru berjalan kurang lebih 2 bulan.

“Desa wisata, karena ini masih rilisan untuk wisata. Alhamdulillah, dalam waktu dua bulan berjalan, sudah ada perkembangan baik dari produk-produk yang dihasilkan masyarakat seperti makanan ringan warung dan ada juga kerajinan,” ungkap Sekdes Pohgading Pati.

Pemdes Pohgading Pati Dorong Pengembangan Potensi Desa

Bersama pihak Pemdes Pohgading Pati, dirinya pun berusaha semaksimal mungkin mengembangkan potensi desa yang mendukung kemajuan Pohgading sebagai desa wisata. Salah satunya adalah olahan makanan singkong atau ketela yang diolah menjadi berbagai jenis makanan.

“Dari olahan singkong, biasa terkenal di Gembong adalah tape. Tape Desa Pohgading ini juga banyak diminati oleh para wisatawan. Untuk memperkenalkan desa wisata sudah dilakukan,” imbuhnya.

Tak hanya itu, pagelaran budaya pun akan terus dikembangkan sebagai bentuk kecintaan masyarakat Desa Pohgading Pati terhadap tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Pihak Pemdes pun berencana akan melaksanakan kirab budaya pada bulan Agustus mendatang dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-77.

“Seperti kesenian yang ada di Pohgading Pati. Kemarin waktu kupatan ada juga dan Alhamdulillah pengunjungnya banyak. Di bulan Agustus nanti akan diadakan kegiatan (kirab budaya makanan) non nasi atau non beras. Sehingga nanti potensi desa bisa berkembang,” tutup Puryanto. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Koran Lingkar)

Exit mobile version