KENDAL, Lingkarjateng.id – Dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar mulai dirasakan oleh para nelayan di Kabupaten Kendal. Nelayan di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal menilai kenaikan harga solar dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 itu cukup tinggi.
Mayoritas nelayan kelimpungan lantaran kenaikan harga BBM tidak disertai dengan naiknya harga ikan laut saat ini. Sehingga dirasa cukup memberatkan bagi para nelayan.
Salah satu nelayan di Bandengan, Sodikun mengaku dirinya merasa kenaikan harga BBM ini cukup tinggi dan memberatkan para nelayan kecil sepertinya.
“Kalau bagi saya kenaikan harga solar ini cukup tinggi dan ini sangat memberatkan kami sebagai nelayan kecil. Apalagi hasil tangkapan kami tidak begitu banyak,” ujar Sodikun, pada Rabu, 7 September 2022.
Ia mengungkapkan bahwa kenaikan harga BBM saat ini dirasakan lebih berat karena harga hasil tangkapannya juga turun.
“Saat ini hasil tangkapan tidak begitu banyak, apalagi saat ini harga cumi-cumi sedang turun. Harga cumi-cumi saat ini per kilogram hanya Rp30.000, turun dari biasanya yang per kilogram sampai Rp40.000,” bebernya.
Sementara nelayan lainnya, Sumardi juga menyatakan hal sama dan kesusahan karena harga BBM naik sedangkan pemasukan dari hasil mencari ikan juga tidak terlalu besar.
“Pemasukan kami tidak terlalu besar, sekarang harga solar naik, ya, kami sebagai nelayan semakin berat,” ucapnya. Lain halnya dengan Tiko, ia tidak ambil pusing dengan naiknya harga solar. Baginya yang terpenting adalah stok solar selalu ada sehingga bisa mengisi tangki perahu yang digunakannya untuk melaut. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Koran Lingkar)