BATANG, Lingkarjateng.id – Besarnya anggaran yang digelontorkan untuk proyek strategis nasional Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) sebesar Rp 3,1 triliun mendapatkan sorotan dari Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI). Pasalnya, sejumlah kawasan hasilnya tidak sesuai ekspektasi.
Di tengah masih menunggunya hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, proses pembangunan ipal KITB masih berlangsung.
Dalam audiensinya dengan direksi PT KITB, para anggota Komisi V DPR RI melontarkan beberapa pertanyaan kekhawatiran nasib proyek tersebut dikarenakan anggaran yang begitu besar di tengah kondisi keuangan negara kurang sehat.
Seperti yang diungkapkan Fadholi dari Fraksi Partai NasDem Jateng I. Pihaknya mempertanyakan nasib ke depan KITB yang menghabiskan anggaran besar dalam mempersiapkan sarana infrastruktur.
“Proyek ini sangat besar. Kami harapkan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Semoga bisa dirasakan secara langsung oleh masyarakat kecil,” ujar Fadholi.
Fadholi juga berharap gegap gempita penyambutan proyek Kawasan Industri Kendal (KIK) puluhan tahun lalu hingga berakhir tidak sesuai harapan, semoga tidak terjadi lagi di KITB yang masuk dalam proyek strategis nasional.
Hal senada diungkapkan oleh Sudewo selaku anggota Komisi V dari Fraksi Partai Gerindra Jateng III mempertanyakan nasib KITB ke depan. Dirinya tak ingin KITB bernasib sama dengan KIK Kendal.
“Yang ingin saya sampaikan adalah betulkah bahwa kawasan ini akan menjadi satu kawasan industri terpadu yang dibanggakan yang memberi solusi dari persoalan yang dihadapi? Ataukah KITB ini bernasib sama dengan Kawasan Industri Kendal (KIK)? KIK Kendal berpuluh tahun lalu gegap gempitanya seperti ini. Tetapi, ternyata tidak jelas siapa yang diinvestasikan di sana,” ungkap Sudewo.
Sementara Ketua Komisi V DPR RI dari Fraksi PDIP, Lasarus mengapresiasi adanya PSN yang megah tersebut. Dari 4.300 hektare, sedikitnya seluas 450 hektare sudah laku terjual ke investor yang sudah mengkapling lahan. Sedangkan sebanyak 10 perusahaan asing juga sudah mulai mendirikan perusahaanya.
Dirinya berharap dengan adanya proyek tersebut, penanaman modal asing di Indonesia bisa teratasi dengan adanya KITB. (Lingkar Network | Achmad Refaldy Krisna – Lingkar TV)